3. Happiness is a simple thing, right?

768 90 2
                                    

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

●●●

Remaja tampan itu baru saja selesai membersihkan toilet. Setelah menyimpan kembali semua peralatan ke tempat sebelumnya, ia memilih untuk berbelok ke kantin terdekat untuk membeli minum. Membersihkan toilet ternyata cukup menguras tenaga, pikirnya. Ia sekarang memikirkan para petugas yang selalu membersihkan toilet yang terkadang sangat kotor ini.

Remaja yang menyukai menggambarkan itu memilih untuk duduk sebentar di kantin, berniat menghilangkan penat. Diminumnya air mineral dingin itu. Dahaganya terasa hilang begitu saja. Nikmat rasanya.

Tiba-tiba, salah satu temannya menepuk punggungnya, membuatnya tersedak. Ia terbatuk beberapa kali sambil memukul dadanya. Hidungnya langsung terasa dingin, seperti air yang diminumnya malah masuk ke hidung.

"Eh, sorry sorry," ucap temannya itu.

Setelah merasa lebih baik, ia menatap temannya dengan tatapan yang terlihat sangat kesal. Matanya masih berair dan wajahnya terlihat merah. "Sialan lo, Zi," umpatnya kesal.

Zian langsung tertawa, tanpa merasa bersalah. "Ngumpat mulu lo," ucapnya.

"Lo yang bikin gue ngumpat, ya," balasnya, bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju kelasnya, "lo ngapain ke sini?" tanyanya kala menyadari Zian mengikutinya.

"Disuruh nyariin lo sama Pak Tomi," jawabnya, "lagian lo lama amat. Kan, kata Pak Tomi gak usah lama-lama."

"Nanggung kali cuma dibersihin sedikit dan gak kelar," ucap Farel. Jiwa perfeksionisnya keluar, "eh tapi, bukannya udah ganti jam, ya? Sekarang 'kan pelajaran bahasa Inggris."

"Iya. Gak tau sih Pak Tomi minta buat nyariin lo. Katanya, istirahat ke ruang guru," ucapnya mengingat pesan Pak Tomi.

Farel refleks berhenti berjalan, lalu menoleh ke arah Zian. "Mau apa lagi sih?" tanyanya kesal. Bukankah hukumannya sudah selesai?

"Mana gue tau," jawab Zian, berjalan menuju bangkunya.

"Seru gak, Far, hukumannya?" goda Ares, menyadari kedatangan teman sebangkunya. Farel hanya menoleh dan menatapnya malas, "adek lo tadi ke sini, ngasihin tugas senbud lo," jelas Ares.

Farel mengernyit. Fadel datang ke kelasnya? Hanya untuk memberikan tugasnya? Baik sekali adiknya itu. Tetapi, tetap saja ia masih kesal, karenanya ia harus dihukum.

"Oh, pantesan katanya Pak Tomi nyariin gue," gumam Farel.

Sembilan puluh menit berlalu, akhirnya bel istirahat berbunyi. Sesuai permintaan guru seni budayanya, ia memilih langsung menuju ke ruang guru untuk menemui beliau.

Getaran dari ponsel yang disimpan di saku, membuatnya menghentikan langkahnya. Dibukanya ponsel itu. Ah, ternyata pesan dari adiknya.

Three of us (3)

Fadel
Lo di mana, Ge?

Dave
Farel, lama amat lo.

Farel
Gue setaun lebih tua dari lo, ya, Dave. Sopan lo.

We're Family, Aren't We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang