1. This is us

1.4K 111 14
                                    

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

●●●

Terdengar alarm yang terus saja berbunyi, tetapi belum ada yang bangun. Hingga si tertua yang tidak sengaja melewati kamar kedua adiknya masuk, lalu membangun kedua adiknya cukup tidak manusiawi.

Tidak bisa ia bayangkan, seperti apa mereka tertidur. Bantal dan guling sudah ada di lantai, dan selimut hanya menyelimuti salah satunya yang sekarang tertidur di karpet.

Berjalan mematikan alarm, mengambil guling yang ada di lantai, si tertua pun memukul-mukulkannya kepada kedua adiknya sambil berucap, "Bangun, woy!"

Tetapi, tidak ada yang bangun di antara keduanya. Lagi, si tertua kembali memukulkan guling itu, kali ini lebih kuat dari sebelumnya.

"Ge!" seru keduanya bersamaan.

"Akhirnya bangun juga kalian," ucap Farel menghela napas lega, sembari melemparkan bantal dan guling ke arah mereka, "cepetan turun, gak usah lama-lama!"

Si bungsu, Dave malah membalas melempar bantal ke arah Farel yang sudah berbalik, membuatnya hampir tersungkur, karena lemparannya tepat di kepalanya. Melihat Farel yang kembali berbalik, Dave dengan cepatnya berlari ke kamar mandi di kamarnya.

"Keluar lo!" seru Farel, menggedor-gedor pintu kamar mandi. Sementara Fadel memilih untuk kembali tidur ketika kedua saudaranya sedang sibuk bertengkar---mungkin.

"Malah tidur lagi. Bangun, Di, bangun," ucap Farel menarik kaki Fadel, membuatnya tergusur beberapa sentimeter.

"Raffadel Zhu, bangun!"

Layaknya peringatan, Fadel langsung bangun dan berlari ke kamar mandi di kamarnya---kamar sebelah---setelah mendengar Farel memanggilnya dengan nama lengkapnya. Bisa Fadel simpulkan, jika Farel sudah memanggilnya atau memanggil saudara kembarnya bukan dengan nama panggilan bahkan dengan nama lengkapnya, maka Farel sudah kesal.

Farel menahan tawanya kala melihat sikap Fadel, adiknya tidak berubah, masih takut dan akan menurut jika dirinya memanggil nama lengkapnya. "Lemah lo, dipanggil nama lengkap aja udah ngacir," gumam Farel, terkekeh di akhirnya.

"Cepetan mandinya," ucap Farel mengetuk pintu kamar mandi. Terdengar gumaman dari dalam, membuatnya kembali ke bawah, berkumpul bersama orang tuanya.

Hayden dan Kirana yang mendengar suara dari arah tangga menoleh, mendapati putra sulungnya berjalan menuruni tangga. Kirana kembali fokus memasak makanan untuk sarapan, sementara Hayden sedikit terkekeh melihat rambut belakang Farel yang acak-acakan.

"Katanya mau ngambil hp doang, tapi kok lama, ini udah mau selesai baru nongol lagi," celetuk Kirana, membuat Farel hanya nyengir menanggapinya.

"Mereka susah banget sih bangunnya, padahal alarm sampe kedenger keluar kamar. Udah dibangunin malah ngelempar bantal, untung nggak jatuh. Heran deh, punya adek gitu amat," jawab Farel menjelaskan.

"Halah, lo nya juga ngebanguninnya nggak kira-kira," celetuk Dave yang sedang menuruni tangga.

"Nah iya, ngebangunin sampe dipukul pake bantal sama guling, mana kenceng lagi," tambah Fadel yang berada di samping Dave.

Mendengar suara kedua adiknya yang malah menyalahkannya, Farel menoleh. "Nggam kenceng juga, lebih kenceng si Dave pas ngelemparin bantal ke gue," sanggah Farel.

"Nggak kenceng katanya," ucap Fadel menggelengkan kepalanya.

"Kalau nggak kenceng, mana mungkin kita ba---" ucapan Dave terpotong oleh Hayden.

"Ya baguslah Farel ngelemparinnya kenceng juga, kalau nggak kenceng mana mungkin kalian bangun," ucap Hayden. Farel yang merasa benar dan didukung oleh sang ayah pun tersenyum miring pada kedua adiknya.

"Ya udah iya, lo menang. Kalau udah dibela Papa atau Mama nggak bisa diganggu gugat," ucap Dave pasrah.

"Kalian debat nggak penting sampe ini udah beres," ucap Kirana.

"Eh iya lupa," jawab Hayden dan Farel bersamaan.

"Udah ah, ayo makan dulu," ajak Kirana.

Mereka sarapan dengan keheningan yang tercipta, hanya dentingan sendok yang terdengar. Hingga suara dari Hayden mengalihkan semuanya.

"Gimana sekolah kalian?" tanya Hayden. Ini memang hal lumrah yang mereka lakukan ketika berkumpul seperti ini.

"Baik dong," jawab Farel mewakili yang lainnya.

"Nggak bolos lagi, 'kan?" tanya Kirana, membuat ketiganya nyengir sebagai tanggapannya. Hayden menatap ketiganya, menunggu jawaban.

"Nggak kok," jawab Fadel.

"Beneran?"

"Iya, beneran."

"Farel nggam mainan rokok lagi, 'kan?" tanya Kirana.

"Ngga, Ma, kapok deh," jawab Farel, membentuk jari telunjuk dan jari tengahnya menjadi peace.

"Kapoknya kenapa nih?" tanya Hayden.

"Malu lah, Pa. Seorang Daffarel Zhu ketauan bawa rokok," balas Farel.

"Papa penasaran nih, berapa kali kamu ngerokok?"

Farel hanya diam, tidak tau harus menjawab apa. Jika ia jujur, apa orang tuanya akan marah? Atau malah sebaliknya?

Fadel melihat sang kakak yang sepertinya enggan menjawab pun, akhirnya menjawab, "Waktu masih di China juga, gege udah mulai nyoba, tapi nggak sering, mungkin sebulan sekali, atau malah sebulan lebih, tapi makin lama makin jarang. Kalau di sini udah tiga kali, pas belum lama di sini, pas di kamar, sama kemarin," jawab Fadel panjang.

Farel menatapnya tidak percaya, mulutnya terbuka sedikit, sementara Dave malah menahan tawanya kala melihat ekspresi Farel. Begitu santainya sang adik memaparkan semuanya, sementara dirinya ... ah, mengakuinya saja membuatnya malu.

Hayden dan Kirana cukup terkejut mendengar penjelasan dari Fadel. Sekarang, Farel sudah menundukkan kepalanya, dengan meja sebagai tumpuannya. Mungkin sekarang wajahnya sudah merah karena menahan malu.

Kirana menghela napasnya, sudahlah, ini sudah terjadi, mana mungkin ia mengembalikan waktu. "Jangan diulangi lagi, ya, Farel, malu 'kan sekarang?" ucap Kirana lembut, membuat Farel mengangkat kepalanya.

Menganggukkan kepalanya, lalu berucap, "Maaf."

"Iya, gak apa-apa, asal jangan diulangi lagi," peringat Hayden.

Beberapa hari yang lalu, Hayden dan Kirana dipanggil ke sekolah gara-gara ketiga putranya bolos satu hari full, padahal tas sekolah mereka ada di kelas. Sialnya, hari itu juga ada pemeriksaan tas, dan ... boom ... di tas Farel ada rokok. Hari itu juga ketiganya langsung dipanggil ke kesiswaan. Dan saat itu juga, mereka menjadi dikenal oleh teman sekolahnya. Sekolah mereka memang sekolah yang disiplin tinggi, jarang sekali ada siswanya yang melanggar tata tertib sekolah.

"Intinya, kelakuan buruk kalian jangan diulangi lagi!" seru Hayden, diangguki ketiganya.

●●●
TBC

Please, susah banget nyari foto mereka bertiga 😭


Salam dari jiejie-nya Zhu Zhixin;)

First publish: 19.12.19
Republish: 26.6.21

We're Family, Aren't We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang