37. Family Time

234 43 15
                                    

Hai!

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

Selamat membaca

•••

Langit yang mulai menguning ini tidak membuat remaja berhidung mancung itu beranjak masuk ke kamarnya. Tawa beberapa anak kecil yang masih berlarian di luar terdengar candu. Tawa lepas tanpa beban membuat remaja itu melukis senyum tipisnya.

Dari atas balkon, terlihat anak-anak yang berlarian ke sana ke mari, saling mengejar dan melempar sandal. Ah, ingin sekali ia bermain permainan itu, begitu menyenangkan sepertinya. Sejak kecil, dirinya hanya diperbolehkan bermain lari-larian seperti itu sebentar saja. Tentunya dengan alasan kesehatan.

Cakrawala mulai menggelap, anak-anak pun sudah mulai dipanggil orang tuanya untuk pulang. Lampu-lampu jalanan mulai menyala. Lagi-lagi, hal itu tidak membuatnya beranjak.

"Dave," panggil seseorang, membuka pintu kamarnya, membuat ia berbalik.

Tidak menjawab, Dave berjalan memasuki kamarnya, setelah menutup pintu kaca penghubung dengan balkon.

"Gue panggil dari tadi. Kirain lagi apa," ucap kakak kembarnya, mendudukkan diri di ranjang. "Katanya tadi lo jajan, mana jajanannya?" tanya Fadel.

Dave mengembuskan napas. "Gak jadi," jawabnya, meraih gawai dari meja belajar.

"Lah? Tadi agak lama padahal, 'kan?"

"Ketemu Gassan, jadi males."

Mendengar nama Gassan, Fadel menatap Dave lekat, meminta penjelasan dengan apa yang terjadi. Paham, Dave ikut mendudukkan diri di samping Fadel.

"Gak ada apa-apa, kok, aman," jelas Dave.

Setelahnya, kembali sunyi. Sama-sama tidak memiliki topik lain. Getaran dari gawai yang digenggam Dave, mengalihkan atensi. Ada pesan yang masuk dari sang kakak.

Three of Us (3)

Farel
Pada di mana, sih?
Ke sini napa, gue kesel sendirian.

Dave
Di kamar gue.
Lo aja yang ke sini.

Farel
Malem-malem mancing emosi aja lo, Dave.

Dave terkekeh. Lupa jika kakak sulungnya masih kesakitan jika menaiki tangga.

"Ikut ke bawah gak, Fad?" tanya Dave, bangkit dari duduknya, diikuti Fadel.

•••

Selepas makan malam, keluarga itu berkumpul di ruang keluarga, seperti biasa. Entah hanya untuk menonton televisi, bermain permainan, atau sekadar bercerita tentang hari yang sudah terlewati.

Ini salah satu cara yang mereka---keluarga Zhu---lakukan agar bisa tetap dekat dengan anak-anaknya yang sudah tumbuh dewasa. Cukup efektif bagi mereka, karena mereka terus mempunyai tempat berkeluh kesah.

Sang mama duduk di sofa, sementara Hayden dan tiga putranya duduk di karpet. Kata mereka, "Mama spesial di rumah ini. Semuanya cowok, Mama doang yang cewek. Jadi, duduk di atas aja."

We're Family, Aren't We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang