19. Chaos

337 51 6
                                    

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.

️⚠️ harsh words, fight

Selamat membaca

•••

Bruk

Baru saja remaja itu keluar dari toilet, suara terjatuh membuatnya kembali menoleh, membuka pintu toilet.

"Dave," gumamnya, melihat sang adik yang jatuh.

Berniat kembali memasuki toilet, tetapi seseorang langsung memukulnya dan menariknya---lebih tepatnya menyeret---menjauh. Otaknya belum berjalan sepenuhnya, masih mencerna, setelah pemukulan beberapa detik lalu dan kenangan buruk masa kecilnya yang terputar. Ingin berontak, tetapi cengkeraman di tangannya sangat kuat.

Setelah sadar dengan apa yang terjadi juga berhasil mengendalikan diri, ia langsung membalas cengkeraman tadi dengan tendangan di punggung si pencengkeram, membuatnya terlepas. Sial, ternyata itu adalah Nicki. Masalah tadi pagi sepertinya masih belum selesai.

Tidak peduli, remaja itu berbalik untuk memastikan saudaranya baik-baik saja. Ia baru menyadari jika dirinya sudah berada di depan gudang belakang sekolah yang pastinya sangat sepi. Belum sempat berlari, ia sudah kembali didorong sampai tersungkur. Wajah tampannya mendapat beberapa pukulan. Sepertinya, Nicki tidak terima karena diumpati.

Baju Fadel ditarik, membuatnya tertarik beberapa sentimeter mendekat. Lagi, ia mendapat pukulan. Malah sekarang teman-temannya Nicki ada di sana, baru sampai.

"Heh, anjing! Maksud lo tadi pagi apa?" tantang Nicki.

Tidak terima dipanggil anjing, Fadel langsung balas memukul Nicki. Perkelahian tidak terelakkan. Tetapi, Fadel kalah jumlah. Nicki dengan banyak temannya, sedangkan dirinya hanya sendirian.

Salah satu siswi ternyata memerhatikan. Tangannya bergetar untuk menghubungi kakak dari siswa yang sedang dikeroyok itu.

"Farel!"

"Apa, Njel? Jadi kalah---"

"Adek kamu."

"Adek aku? Yang mana? Kenapa?" Terdengar panik.

"Fadel berantem di depan gudang belakang."

"Fuck."

Telepon langsung dimatikan sepihak oleh Farel yang ia yakini langsung menuju ke sini.

"Kenapa di sini sepi sih?" gerutu siswi itu. Oh ayolah, tentu saja sepi, karena jarang sekali yang datang ke sini dan ini masih jam pelajaran.

•••

Tepat ketika dirinya terjatuh menghadap pintu toilet yang terbuka, ia melihat dengan jelas ketika kakak kembarnya diseret oleh siswa paling nakal di sekolahnya. Berusaha untuk bangkit, tetapi sangat sulit. Sakit di dadanya tidaklah berkurang dan malah makin bertambah sakit. Napasnya sudah sesak. Dadanya ia pukul berkali-kali. Kesadarannya hampir direnggut.

Setelah berusaha cukup lama, akhirnya ia berhasil bangkit meskipun langkahnya masih sempoyongan. Tidak, ia tidak bisa membiarkan saudaranya berkelahi tanpa bantuan siapa pun. Baru keluar dari toilet, ia malah berjongkok dengan tangan kiri menahan pada dinding dan tangan kanannya meremat dadanya. Kepalanya mendongak, menghirup oksigen yang seolah menjauh.

"Please," batinnya. "Maaf, Fad, maaf," batinnya melanjutkan.

•••

We're Family, Aren't We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang