It was announce chapter hihi
Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri bawah.
Selamat membaca
•••
Setelah mendapat telepon dari sepupunya yang tinggal di negara barat, ia jadi ikut memikirkan mengenai masalah tersebut. Tidak bisa ia sangkal, rasa penasarannya menjadi naik. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang membuat kakaknya seperti ini? Pasti ini bukan masalah sepele, karena kakaknya tidak akan sampai seperti ini jika itu hal biasa.
Remaja berhidung mancung itu menepuk tangannya kala satu ide terlintas. Kenapa tidak coba ia tanyakan saja langsung? Seingatnya, dirinya belum pernah bertanya langsung. Baiklah, sepertinya siang nanti akan ia tanyakan.
Ketukan pintu kamarnya membuatnya menoleh. Tangannya menepuk kening. Ia baru ingat jika pagi ini akan mendapat makanan gratis alias ditraktir oleh kakak tertuanya sesuai janji beberapa minggu lalu.
Segara saja remaja tampan itu bangkit dan berjalan untuk membukakan pintu kamar. Untung saja dirinya sudah mandi, tinggal mengganti pakaian.
"Ayo!" ajak seseorang yang akan mentraktirnya setelah pintu terbuka.
"Tungguin, ganti baju dulu," balasnya, mengingat ia hanya mengenakan baju sleeveless dan celana pendek, "tunggu di bawah aja."
Dave turun dengan mengenakan kemeja polos berwarna biru yang kancingnya dibiarkan terbuka, menampilkan bajunya yang tadi, celana panjang hitam.
"Gaskeun, Ge," ucap Dave berlari kecil menghampiri kedua kakaknya dan sang mama yang sedang duduk di sofa, menungguinya, "geuwat atuh, keur naon kènèh?" tanyanya memakai bahasa Sunda ketika melihat mereka masih diam, membuat kakak-kakaknya mengernyit bingung.
"Lo ngomong apa, anjir?" tanya Farel.
"Cepetan dong, masih ngapain sih?" jawab Dave terkekeh.
"Sunda, ya?"
"Yoi."
Fadel sedari tadi diam, sampai akhirnya, "belajar dari mana lo?"
Dave malah tertawa. "Dari Uji," jawabnya, "kebiasaan dia tuh kalau ngomong suka pake bahasa Sunda, jadi gue ngerti dikit-dikit."
•••
Tiga bersaudara itu sedang duduk menunggu pesanannya datang. Terlihat gawainya yang ditumpuk di tengah-tengah. Mereka membuat aturan sendiri; jika sedang menghabiskan waktu bertiga, jangan ada yang memainkan gawai. Sederhana, tetapi membuat mereka senang. Pasalnya, jika tidak dikumpulkan, mereka hanya akan sibuk dengan gawainya. Ide si tertua memang brilliant.
"Bosen gak sih?" tanya Fadel, membuat Dave yang sedang asyik memerhatikan sekitar menoleh, dan Farel yang mengetuk pelan meja menghentikannya.
"ToT yok!" saran Dave.
"Ada barang buat diputernya?" tanya Farel.
"Nggak," jawab Fadel.
"Ada!" seru Dave, "kunci mobil, Ge. Gue tadi liat ada pulpen di mobil," lanjutnya setelah mendapat kunci mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're Family, Aren't We?
Fiksi RemajaIT'S BROTHERSHIP STORY, NOT BL❗ [BACA DULU FAMILY OR ENEMY, BARU BACA YANG INI] Family or Enemy Season 2 *** Hanya secuil kisah dan masalah setelah rahasia besar terbongkar, serta harap yang selalu mereka ucap. Farel yang akan terus bersedia menjadi...