5. Little wish(es)

718 79 11
                                    

Gue yakin kalian tau cara menghargai suatu karya. Iya betul, dengan klik ikon bintang di sisi kiri.

⚠️ child abuse

Selamat membaca

●●●

Mereka sampai ke rumah tepat sebelum makan siang. Adiknya langsung berlari menuju kamarnya, meninggalkan kakaknya dengan pertanyaan; ada apa dengan adiknya? Apa ada yang salah? Apa yang mengganggunya?

Ketika akan membuka pintunya, Farel cukup terheran karena adiknya mengunci pintu kamar dari dalam. Farel mengetuk pintu kamarnya, berharap agar sang adik membukanya, tetapi nihil tidak ada jawaban.

"Di," panggilnya mengetuk pintu.

"Di, are you okay?"

"Beri gue waktu buat sendiri," jawab Fadel dari dalam kamarnya.

"Okay, take your time."

Fadel menyandarkan tubuhnya ke pintu. Ingatan lamanya kembali muncul. Ingatan buruk yang sudah ia kubur selama ini kembali lagi. Mengapa? Mengapa dirinya tidak bisa "sembuh" seperti kakaknya? Mengapa masih banyak rahasia yang ia simpan sendiri?

Remaja tampan berambut hitam itu merosot, membuat dirinya menjadi duduk. Dipeluknya lututnya sambil menundukkan kepala. Air matanya menetes. Apa ini saat yang tepat untuk memberitahu semuanya? Apa ini saat yang tepat agar dirinya bisa "sembuh"?

***

"Mama, Rafa gak sengaja. Maaf," cicit Fadel yang menangis duduk di bawah samping sofa.

"Yifei, udah! Jangan marahin mereka terus!" bentak Darrel yang tidak tahan melihatnya.

Plak

Fadel kecil menangis, merasakan sakit di tangannya akibat pukulan sang mama. Kakaknya, Farel, diam di sana, menyaksikan semuanya sambil meminta mamanya untuk berhenti.

"Mama, kasian didi. Jangan dipukul."

Darrel menarik tangan Yifei, membuatnya menjauh.

***

"Maaf, maaf," gumam Fadel, menutup telinganya seolah tidak ingin mendengar kalimat-kalimat itu.

"Di?" Panggilan dan ketukan pintu kakaknya dari luar kamar membuatnya kembali tersadar dari ingatannya.

Segera saja ia membuka kunci pintu dan menjawab, "Kamar mandi." Dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Tidak mau kakaknya mengetahui keadaannya sekarang.

•••

Farel berjalan menuju kamar adik bungsunya, mengingat tadi pintunya terbuka. Baru saja dirinya akan membuka pintu, terdengar kalimat yang membuatnya mengurungkan niat.

"Gue gak mau gini terus sama Farel. Lama-lama, gue juga capek. Gue ngerasa gak nyaman di saat gue ga ktau dari mana rasa gak nyaman itu datang."

"Coba inget lagi, lo pernah ngelakuin apa?"

"Gue gak inget. Sekeras apapun gue coba buat inget, tetep aja gak inget."

"Minta maaf aja langsung, meskipun lo gak inget kesalahan lo. Itu lebih baik daripada lo ngerasa gini terus."

"Gak mau. Ego gue tinggi banget buat dia."

We're Family, Aren't We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang