Episode 10 : Masa lalu Barra x William 3

2.1K 151 1
                                    


William POV

Hari ini aku pulang sekolah lebih awal di karena kan ada rapat guru secara tertutup jadi kepala sekolah memulangkan semua anak muridnya lebih, dan saat ini aku sedang menunggu mang cecep supir pribadi ayahku karena hari ini motor ku harus ke bengkel jadinya aku pergi maupun sekolah di antar sama mang cecep.

biasanya sih kalo aku tidak bawa motor aku selalu nebeng ke Bayu karena rumah ku dan rumah Bayu menuju arah yang sama namun hari ini dia tidak bisa mengantarku karena Bayu harus pergi ke Dayeuh Kolot untuk mengunjungi neneknya yang sakit.

"duh mang cecep mana sih" keluhku karena lama menunggu mang cecep.

tak lama mang cecep meneleponku, dia bilang dirinya tidak bisa menjemput ku karena sedang mengantar ayahku pergi rapat di sebuah restoran di daerah Dago, Aku menarik nafas kasar karena kesal dan aku pun terpaksa harus naik angkutan umum.

Btw jarak rumah ku ke sekolah sangatlah jauh mungkin sembilan sampai sepuluh kilo meter dan itu artinya aku harus naik tiga kali naik angkutan umum, akh perjalanan panjang yang begitu melelahkan bukan.

itulah mengapa aku sangat frustasi hari ini mungkin ini adalah hari sialku, dengan berat hati aku langkah kan kaki ku menuju halte bus yang jaraknya seratus meter dari sekolahku.

Namun saat aku ingin melangkah seseorang memangil nama ku dan aku pun berbalik ke sumber suara itu, ku lihat musuhku memanggil nama ku, siapa lagi kalo bukan Barra orang paling rese dan juga orang yang selalu mencari masalah denganku.

"WILLY" serunya sembari mendekat ke arah ku, dan aku hanya memutar mata malas ku saat melihatnya, 'kenapa ni anak manggil nama gw' batinku bertanya-tanya.

"Apa" jawabku ketus.

"ya ampun Willy gw ini ngomongnya baik-baik loh masa jawab lo kayak gitu" serunya yang membuat aku memutar mata malas ku.

"AU ah, ngapain lo manggil nama gw" tanyaku.

"gk ada apa-apa, gw cuman liat lo dari kejauhan kaya yang frustasi gitu, kenapa lo" jawabnya sekalian bertanya padaku.

"gw tadinya lagi nunggu mang cecep buat jemput gw tapi tadi dia nelpon gw katanya gk bisa jemput karena dia lagi nganterin bokap gw rapat di Dago, dan saat ini gw mau pergi ke halte bus mau balik" jawabku panjang lebar.

"ohh gitu, ya udah lo bareng gw aja lagian rumah kita searah kan jalannya" serunya menawariku tumpangan.

"halo ada apa dengan lo, kesambet apaan lo Barra, inget gw ini musuh lo bukan teman lo"

"iya tau, lo dan gw saling benci bahkan kita berdua juga bermusuhan, tapi gw ingin gencatan senjata sama lo sampai siapa yang akan menang dari kita berdua" serunya.

"hmm gencatan senjata ya" ucapku sembari berpikir.

"iya kita gencatan senjata dulu, kalo di sekolah kita berdamai namun saat di luar sekolah kita tetap bermusuhan, gimana lo setuju gak" ucapnya memberiku penawaran yang menurutku menarik.

"baiklah kita gw setuju dengan penawaran lo" jawabku sembari mengajaknya bersalaman dan ia pun meraih tanganku dan kami pun menyetujui gencatan senjata itu.

"ya udah nih pake helmnya" seru Barra memberikan ku helmnya dan aku pun naik ke motornya.

"pegangan" titahnya pada ku dan aku pun menurutinya untuk berpegangan pada besi yang ada di belakang motor, namun dia malah menarik tanganku untu berpegangan ke bagian perutnya sontak aku pun langsung menarik paksa kedua tangan ku yang di genggamnya.

"apa-apaan maksud lo hei, gak usah nyari-nyari kesempatan dalam kesempitan lo, sorry ya gw masih normal" ucapku karena sedikit risih.

"gw gk mau lo jatuh, kalo lo jatuh gw gak akan tanggung jawab" jawabnya padaku kemudian menarik tanganku kembali memeluknya, dengan terpaksa aku menurutinya dan kami pun pergi dari sekolah.

Falling In Love With My Enemy  ☑️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang