Episode 49 : Thanks a lot for everything

1.7K 118 0
                                    


hai hai para Readers Bang Author comeback again nih dengan segala kesibukannya dan kegabutan gw ini untuk menemani kalian, guys kangen gak sama gw, pasti enggak la yah 🤣🤣
.
.
.

Setelah cuplikan video itu selesai, semua orang menunduk sedih tidak terkecuali Barra, tangannya bergetar hebat dan juga perasaannya saat ini tidak tenang sesudah melihat kejadian di dalam video itu dikala sang Ayah mengeluarkan darah di dalam mulutnya yang membuat Barra tersentak seolah olah jantungnya berhenti berdetak sebentar.

Dengan kelembutan itu William mencoba merah tangan Barra yang bergetar serta menangkap sebelah pipi kekasih tampannya dan mengusapnya lembut untuk memberikan kekuatan, perasaan Barra saat ini mulai agak tenang karena sentuhan William yang membuatnya nyaman, dengan memajamkan mata nya Barra meresapi kehangatan tangan kekasihnya,

“ingin menemuinya” ucap William lembut yang dengan setia masih mengusap lembut pipi Barra yang sedikit basah, mendengar ucapan William, Barra pun membuka matanya dan menatap lekat kekasih nya ini yang sedang tersenyum lembut padanya, dengan helaan nafas panjang Barra hembuskan dan mengangguk kecil serta tersenyum kearah William.

Edelweis Hospital ruang VVIP 5 lantai 8, saat ini William bersama anak dan menantu keluarga Atmadja sedang menjenguk Rendi yang tengah tertidur di bangsal rumah sakit tetapi, hanya dua orang saja yang boleh masuk kesana, setelah menunggu beberapa saat dokter pun keluar dari ruang rawat tersebut dan menghamipiri keluarga Atmadja.

“gimana Yud keadaan bokap gw” tanya Barra saat Yuda baru selesai memeriksa keadaan Rendi di dalam.

“kondisi pak Rendi sudah jauh lebih baik sekarang namun saat ini beliau harus istirahat total untuk beberapa minggu ke depan, tapi jika kondisi pak Rendi terus membaik saya rasa beliau bisa pulang ke rumah dan saya akan ke rumah kamu dalam waktu seminggu sekali selama satu untuk cek up keadaan pak Rendi ke depan nya” ucap Yuda dengan menggunakan bahasa yang formal, ia melihat wajah sahabatnya ini yang merasa lega jika sang Ayah sudah lebih membaik.

“baiklah kalau begitu saya permisi” ucap Yuda lalu melangkah menjauhi keluarga sahabatnya itu, setelah Yuda pergi, Barra dan William pun langsung masuk ke dalam ruangan, Barra melihat laki-laki paruh baya yang tidak berdaya sedang tertidur dengan selang infuse yang menancap di tangan kanan laki-laki itu.

Entahlah air mata Barra kembali turun tanpa seizinnya, jika Barra membenci Rendi mana mungkin perasaannya akan sesakit ini melihat sang Ayah di bangsal itu.

William yang mempunyai tingkat kepekaan tinggi itu hanya tersenyum senang karena rencananya untuk membuat hati Barra luluh dan mau menemui Ayahnya sendiri berhasil walaupun harus dengan rencana yang di bumbui sedikit dengan drama yang ia buat sendiri.

“aku akan keluar dulu, kamu disini saja, keluarkan semua yang ingin kamu bicarakan dengan Ayahmu” ucap William sembari mengusap surai rambut Barra yang sedang duduk di kursi samping bangsal Rendi, hanya anggukan saja Barra menjawab ucapan William lalu kembali fokus menatap Ayahnya, dengan segera William keluar dari kamar inap Rendi.

Dan sekarang di ruangan itu hanya ada Rendi dan Barra saja, hanya ada rasa canggung dan diam saja disana, sudah lima menit Barra hanya menatap sang Ayah yang tengah damai tertidur, tak berselang lama Rendi pun mulai membuka matanya.

Dirinya terkejut saat melihat sang anak tengah memperhatikan dirinya dengan wajah sedih serta mata yang sembab karena air mata yang berjatuhan, “Barra” ucap Rendi lirih namun bisa di dengar oleh Barra, dengan segera Rendi mengusap wajah sang anak, perasaan senang itu tergambar jelas di wajah Rendi, sudah hampir sepuluh tahun dirinya tidak pernah menyentuh wajah sang anak.

“maafkan Papah, atas kesalahan yang pernah Papah perbuat di masa lalu Barra” ucap Rendi yang masih setia mengusap wajah anak yang paling ia sayang ini, sentuhan yang sudah lama ia tidak pernah rasakan selama sepuluh tahun terakhir Barra bisa merasakan sentuhan seorang Ayah, perasaan bahagia juga nyaman Barra rasakan namun di dalam hatinya masih ada yang menganjal entah apa itu.

Falling In Love With My Enemy  ☑️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang