20🍂 Sebuah Kebenaran

394 80 10
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد
JADIKAN ALQURAN SEBAGAI BACAAN YANG PALING UTAMA
***

Apa yang kita rencanakan tidak pasti terlaksana. Yakinlah, posisi utama penentu segala sesuatu tetap milik Allah sedangkan kita hanya lakon dengan sedikit ruang mengungkapkan keinginan saja.

Tubuh tegap pria berbalut baju koko dengan sarung khasnya itu tampak berjalan tergesa membelah keramaian menuju ndalem shohibul hajat usai mendengar kabar buruk lewat sambungan telepon. Menuju ke arah sosok sepuh lantas memohon maaf serta mengatakan tidak bisa berlama-lama. Bahkan langsung mohon ijin pulang kepada beliau karena telah selesai mengisi pengajian.

Siang ini ia diminta mengisi pengajian yang sudah cukup lama disetujui. Dua jam duduk di panggung usai acara Khotmil Qur'an rampung, memberikan ceramah perihal keutamaan membaca Alquran.

Abdul yang berjalan di belakangnya seketika mengangguk kala mendapat isyarat untuk menuju parkiran lebih dulu sedangkan dirinya mengambil sebuah hampers yang dititipkan sohibul hajat untuk Uminya. Ia tak bisa menolak, karena beliau ternyata sudah mengabarkan pada Uminya jika pemberian itu akan dititipkan padanya.

Pria dengan kaki jenjang berbalut sarung bermotif batik itu segera menuju mobil. Meminta Abdul mengendarai dengan kecepatan tinggi untuk bertemu Damar. Sambungan teleponnya masih terhubung dengan Damar, meminta menunggunya sebentar sebelum melanjutkan pencarian.

Satu hari waktunya untuk memulihkan kondisi tubuh pasca serangan membabi buta orang-orang suruhan Abu. Malam itu ia dan Dafa sedang mengecek persediaan beras di gudang sebelum besok dikirim ke beberapa agen. Setelah pengecekan selesai ia meminta Dafa pulang lebih dulu sedangkan dirinya ingin mampir ke rumah Pakdenya Anis sebab merasa ada yang tidak beres, melihat beberapa pria bertubuh besar mondar-mandir di sekitar sawah dekat rumah Anis ketika tadi  memarkirkan mobilnya cukup jauh dari gudang, malah dekat dengan jalan kecil menuju rumah Anis. 

Juragan semakin merasa janggal ketika melihat seorang pria bertato membawa jerigen menuju rumah Anis sambil mengendap-endap. Belum sempat pria itu berjalan lebih jauh, Juragan menghadang lebih dulu hingga membuat sosok itu terkejut sampai menumpahkan isi jerigen. Bau minyak tanah tercium. Dugaan Juragan benar, pasti pria di depannya berniat buruk. Refleks pria itu melayangkan tinjunya pada Juragan, mungkin merasa kesal sebab tugasnya gagal karena dihadang.

Perkelahian tidak dapat terelakkan. Juragan beberapa kali meladeni pukulan pria itu yang pada akhirnya mundur. Bukannya benar-benar pergi, sosok itu malah mengundang rekan-rekannya hingga pengeroyokan terjadi.

Semula Juragan mampu melawan impas bahkan beberapa pria berbadan kekar yang kalah sempat mengaku menjadi suruhan Abu yang ditugaskan untuk menculik Anis, melakukan pembakaran lahan kosong samping rumah Anis dengan tujuan mengalihkan perhatian. Namun, kemenangan Juragan tak berlangsung lama sebelum seorang pria datang melayangkan pukulan bertubi-tubi dengan kayu pada lengan dan kaki hingga membuatnya tersungkur. Meninggalkan begitu saja setelah puas membalas kekalahan kawannya.

Luka-luka yang ada di sekujur tubuh Juragan membuatnya tak berdaya, bahkan memaksa  bangkit dengan sisa tenaga menuju rumah Anis. Ya, rumah itu yang paling dekat dengan posisinya. Ia berjalan dengan kepayahan, menyeret kakinya yang sempat dihantam kayu oleh pria tadi. Berusaha tidak limbung sebelum mengatakan sesuatu pada Anis. Benar saja, tak lama setelah Anis membawanya duduk di amben teras kesadarannya menghilang. Masih terekam jelas kejadian yang menimpanya itu, kini hal buruk sudah datang lagi.

Dalam perjalanan Juragan berulang menghubungi nomor seseorang, tapi masih tak ada balasan. Membuatnya mendengus kesal dan mengusap keningnya yang menampakkan garis halus. Pria dengan hidung bangir itu terlihat khawatir ketika mendengar kabar dari Damar bahwa Anis diculik. Ibu Anis mengatakan itu ketika pada pukul setengah tiga siang putrinya belum juga pulang usai mengantar Damar. Sebelumnya malah mengira ikut bersama Damar sampai mendatangi rumah Pakde untuk menjemput  putrinya. Ternyata tidak ia jumpai Anis di sana.

Sudera Untuk Brahmana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang