بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد
JADIKAN ALQURAN SEBAGAI BACAAN YANG PALING UTAMA
***Sebuah ruangan bercat putih menjadi tempat seorang ibu yang duduk di kursi sebelah ranjang perawatan, menjaga putrinya. Tepatnya menunggu mata sang anak terbuka, berharap cemas yang masih ada segera menghilang sebab putrinya terbangun.
Tok
Tok
TokWanita berjilbab dengan pakaian sederhana itu menoleh, melihat pintu ruangan perlahan terbuka.
"Mbak Anis masih belum juga sadar Bude?" tanya sosok yang baru datang sambil membawa parsel buah dan air mineral.
"Belum." Perkataan itu keluar seiring helaan napas panjang. "Kamu kenapa malam-malam kesini? Besok kan bisa kalau mau jenguk."
"Diminta Ayah jagain Bude sama Mbak Anis, katanya urusan jaga di tambak sebelum besok panen biar sementara dipegang Ayah. Sekarang bantu jaga Mbak Anis dulu," ujar Gani sambil meletakkan barang yang dibawa.
Wanita itu tersenyum, merasa di masa sulit keluarga kecilnya ternyata masih ada kerabat yang tidak membiarkannya sendirian. Membantu sebisanya.
"Besok sampaikan ucapan terimakasih Bude pada ayahmu. Kata dokter Insyaallah sebentar lagi Anis sadar."
Sosok pria berkaos warna putih itu duduk di sofa ruangan, mengamati wajah lelah sang Bude tapi masih belum mau istirahat.
Ia beranjak, mendekati budenya itu. "Bude Namira istirahat dulu, biar Gani yang ganti jaga. Kalau Mbak Anis sadar, nanti Gani bangunkan."
Wanita itu tersenyum, menggeleng pelan. "Bude tahu kamu pasti juga capek, apalagi habis pulang kerja langsung Bude minta tolong ikut juga ke pondok tadi. Malah sekalian minta antar ke sini. Sudah, kamu yang istirahat dulu, nanti Bude bangunkan kalau minta tolong gantikan."
Bukannya kembali ke tempat, Gani masih setia berdiri di samping budenya. Memandang sekilas sosok yang terbaring di ranjang rumah sakit, berganti menatap budenya yang tengah menggenggam tangan putrinya.
"Malam itu aku dan Mas Damar sedang keluar mencari Mbak Anis yang belum juga pulang, tetapi di pertengahan jalan Mas Damar tiba-tiba berhenti, mengambil ponselnya yang berbunyi." Sebuah pernyataan tiba-tiba terucap dari Gani, berusaha mengikis rasa penasaran dari budenya sebelum masalah menimpa kakak sepupunya itu.
Mendengar ucapan Gani, Ibu dari Anis itu langsung memusatkan pandangan pada keponakannya. Menunggu kelanjutan kalimat tentang permasalahan penting yang sudah terlewat itu.
"Saat itu kami tidak tahu kalau bukan cuma sekali panggilan masuk dari nomor tak dikenal, beberapa kali dan ternyata juga menghubungi nomor ku," lanjut Gani tak lama setelahnya.
"Malam sebelum Damar datang ke rumah?" tanya Ibu Namira. Mengingat kembali saat Damar datang ke rumah dengan raut wajah cemas, berusaha terlihat baik-baik saja bermaksud menenangkan tapi Ibu dari Anis itu bisa melihat gelagat berbeda dari ucapan Damar yang memintanya tenang.
Gani mengangguk. "Iya, malam saat Mas Damar mendapatkan kabar dari orang yang menelpon, memberitahu tentang keberadaan Mbak Anis tapi bukan membuat kami tenang, informasi yang diberikan lebih tepatnya tentang fitnah pada Mbak Anis."
Ibu Namira paham, sangat paham atas peristiwa tak enak yang menimpa putrinya itu. Dan karena itulah putrinya harus dinikahkan mendadak. Yang sampai saat ini tidak ia ketahui adalah dari mana Juragan tahu Anis belum pulang ke rumah sejak siang. Hanya Damar yang ia minta tolong mencari Anis, kalau Gani mungkin Damar yang meminta bantuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sudera Untuk Brahmana
SpiritualSquel My Future Gus, tapi bisa dibaca terpisah (slow update) Kisah Nur Aniskurly dan Zaki Mustofa Althaf. Ganti judul dari Laksana menjadi Sudra untuk Brahmana . Dia bukan pria penuh senyum, dia pendiam, dia penuh rahasia. Aku suka, entah dari semua...