Semua berubah...
Semua berganti...
Tidak ada yang abadi.✰✰✰
Mudah panik pada sesuatu yang belum pasti terjadi mungkin adalah salah satu sifat Floryn. Gadis yang rambutnya diikat satu itu merapikan semua alat tulisnya yang ada di atas meja lalu memasukkannya ke dalam tas. Begitu kelasnya berakhir, yang ada dipikiran Floryn hanya ia ingin cepat-cepat keluar dari gedung yang semakin hari semakin mengerikan baginya. Lebih horor dari hantu di Drama Korea.
Sebelum terlambat, dia segera melangkah keluar dari dalam kelas. Tampak tergesa-gesa menyusuri koridor dan menuruni tangga seperti sedang dikejar, sampai tak menengok ke manapun, dia hanya fokus pada langkahnya agar bisa secepatnya keluar dari gedung fakultasnya itu.
Namun, terlambat. Seturunnya dari anak tangga terakhir, ranselnya ditarik ke belakang, membuat tubuhnya ikut terhuyung dan kehilangan keseimbangan sehingga punggungnya menabrak dada tegap seseorang.
Floryn mengumpat dalam hati. Benar kan, laki-laki itu tak akan membiarkan hidupnya tenang barang semenit saja. Bahkan tanpa melirik pun, Floryn tahu laki-laki dibelakangnya itu sedang tersenyum menyebalkan sekarang.
"Mau kemana si, buru-buru?" Tanyanya, dengan nada tengilnya. Mereka masih berada dalam posisi yang sama.
"Lo pikir kemana? Ya pulang," sewot Floryn.
Tanpa aba-aba, laki-laki itu membalikkan tubuh Floryn agar menghadapnya. Untuk beberapa saat Floryn terkejut sekaligus gugup berhadapan sedekat ini dengannya. Terkadang wajah tengilnya itu bisa jadi enak dipandang, perempuan normal pasti akan terang-terangan mengatakan bahwa laki-laki itu tampan. Oke, berhenti menghayal Floryn.
"Lo udah janji selesai kelas mau nemenin gue. Lupa?"
Kalau Floryn tak ingat kalau laki-laki didepannya adalah anak dari keluarga terpandang, ingin sekali Floryn memberi hadiah berupa pukulan keras ke wajahnya. Namun Floryn masih waras, dia sadar saat ini sedang berhadapan dengan siapa.
"Biarin gue balik, please. Gue ada urusan," ujar Floryn memelas.
Tapi rasanya, laki-laki itu tidak punya belas kasihan pada satu gadis bernama Floryn. Dengan sudut bibir yang terangkat dia bicara, "Gue anter balik."
Floryn melebarkan matanya. Laki-laki itu memang tidak akan bisa hidup tanpa menggangu Floryn. Tidak akan bisa.
"Nggak, gue pulang sendiri."
Floryn mencoba kabur dari sana, tetapi dia kalah cepat dengan tangan laki-laki itu yang sudah menahan lengannya kuat.
"Lepasin, lo nggak denger?" pekik Floryn ingin meloloskan diri. Berada disampingnya, hanya akan membuatnya terus membenci semua. Termasuk dirinya.
"Lo pakai cara baik-baik, susah. Dikerasin lebih susah. Nurut aja bisa nggak si?"
Tak ada perlawanan lagi. Lengan Floryn ditarik oleh tangan laki-laki itu. Pulang bersama sebenarnya tidak pantas untuk mereka. Lebih pantas, diantar pulang secara paksa. Pulang yang tidak benar-benar pulang.
Setelah ini, pasti laki-laki itu tidak akan langsung mengantarkan Floryn ke rumahnya.
Floryn tidak tahu kapan semua ini akan berakhir.
✰✰✰
Floryn hanya ingin ketenangan.
Tidak ada kebahagiaan, tidak masalah. Bagi gadis itu bahagia hanya satu kata yang fana.
Floryn tidak punya saudara, anak tunggal yang benar-benar sendiri hidupnya. Sejak kuliah Floryn menjalani hidup yang baru, tanpa siapapun. Floryn tidak ingin dianggap sebatang kara, karena nyatanya Floryn menyukai hidup sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romance"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...