"Sebagai cewek paling cantik di Antrasena, gue kutuk lu jadi penurut!"
Zello menatap Aunty-nya jengah, ia sama sekali tak memiliki energi untuk berdebat dengan siapapun, kecuali dengan Floryn yang memang jika tidak dipancing amarahnya maka tak akan mau bicara dengannya. Floryn berbeda dengan wanita dihadapannya yang kini sedang menggendong bayinya.
Tak terhitung berapa kali wanita itu berteriak padanya. Memuakkan, dimana seharusnya Zello bisa menikmati waktu istirahatnya di rumah karena tidak ada mata kuliah yang mengharuskannya ke kampus, tetapi sekarang ia harus mendengar ocehan dan makian dari Adisi Antrasena, kakak perempuan ayahnya.
"Yang paling cantik kan Bunda Beryl," balas Zello, berhasil menyentil egonya.
"Dia kan menantu, gue keturunan resmi Antrasena. Gue lebih eksklusif tahu."
"Bodo amat."
"Zello, pegangin bentar anak gue, susah banget lo dimintain tolong sama yang lebih tua!"
Zello berdecak, pada akhirnya mengambil bayi perempuan dalam gendongan Adisi yang kegirangan saat berpindah tangan pada Zello. "Iya, ampun tua."
"Bye, titip anak gue, awas kalau diapa-apain! Gue mau jemput gantengnya gue dulu." Adisi langsung melenggang pergi setelah merapikan riasan diwajahnya. Ibu-ibu gaul yang rempong, pikir Zello.
"Aunty Disi mau kemana, Bang?" tanya Othello tiba-tiba muncul.
"Jemput Ashby." anak kedua Adisi, seumuran dengan Othello, yang harus berubah status menjadi anak sulung, karena Adisi kehilangan anak pertamanya beberapa tahun lalu akibat kecelakaan tragis. Usianya hanya terpaut 2 tahun dengan Zello, jika masih hidup seharusnya sekarang Zello menjadi adik tingkat sepupunya itu di UNSAYA.
Karena kecelakaan yang menimpa anak pertamanya, Adisi sedikit trauma berkendara. Bukan dirinya, melainkan pada anak-anaknya. Adisi jadi paranoid, jika membiarkan anak-anaknya berkendara, mobil apalagi motor. Walaupun baik Ashby maupun anak bungsunya masih kecil, tetap saja ia takut. Sehingga Adisi selalu mengusahakan agar kalau bisa dirinya langsung yang antar jemput Ashby yang saat ini sedang sekolah menengah pertama. Jika tidak memungkinkan bisa, supir yang Adisi percaya juga siap siaga.
"Kalau Bunda kemana?"
"Banyak tanya lo." meski nadanya kesal, Zello tetap memberi jawaban. "Belum pulang, Bunda double shift dari semalem."
"Abang jangan kayak cewek lagi mens, deh."
"Lo bolos?" seingat Zello ini bukan hari libur.
Othello berdecak. "Kan tadi udah bilang, dipulangin cepet."
"Kapan lo bilang? Nggak ada tuh," tukas Zello.
"Gue aduin Ayah kalau bolos, bandel banget."
Othello tak menanggapi, wajar saja, yang ada yang paling sering bikin masalah dari jaman sekolah juga Zello bukan Othello. "Ngomong sama Abang capek, aku ke kamar ajalah."
Sifat kakak beradik itu sangat berbeda, Zello lebih mirip Alkana dan Othello mirip Beryl. Sampai ke hal-hal terkecil, kebiasaan, cara bicara, cara berjalan. Sedangkan fisik, kebalikannya. Wajah Zello itu campuran yang sempurna dari wajah cantik alami Beryl dan garis wajah tegas Alkana, meski dominan Beryl—sampai warna kulit putihnya.
Othello itu memiliki wajah Alkana waktu muda, persis. Orang-orang bisa langsung menebak kalau Othello anak Alkana, dari mata, postur sampai senyumnya, mirip sekali. Hanya saja Othello versi sopan, ceria dan baik hatinya.
Zello menidurkan Ashina, bayi perempuan Adisi di kamarnya, sementara ia mengutak-ngatik ponselnya. Melakukan panggilan pada nomor yang sempat memblokirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romance"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...