Belinda menatap heran pada Chiara yang terus memeluk Floryn dengan ekspresi kelewat senang. "Chia, lo sadar kalau lo aneh banget?"
Bagaimana tidak senang, Floryn akhirnya memutuskan akan tetap tinggal di apartemen Chiara. Tidak peduli dengan alasan Floryn yang kehilangan tempat tinggal, Chiara dengan senang hati menampung Floryn sampai kapanpun.
"Jadi lo diusir sama pemilik gedung itu?" Belinda bertanya perihal tempat tinggal Floryn sebelumnya.
"Hm," balas Floryn sembari melepas rangkulan tangan Chiara yang membuatnya gerah.
"Nggak bayar sewa?"
"Selalu gue bayar tiap bulan," sangkal Floryn.
"Terus apa?" Floryn tidak memiliki jawabannya.
Belinda kembali bicara. "Aneh banget nggak si kalau nyuruh keluar tanpa alasan."
Maka dari itu Floryn sedikit bingung, mengapa pemilik gedung yang ditinggalinya selama ini mengusirnya. Mengeluarkan semua barang-barangnya, mengatakan tidak menerima lagi penghuni seperti dirinya, sementara Floryn tak berbuat salah. Tidak masuk akal.
"Bodo amat, ngapain dipusingin." sela Chiara yang begitu tampak bahagia, seperti sedang menari diatas penderitaan orang.
"Daniella gimana?" Belinda menyinggung satu nama.
"Ya mana gue tahu," sahut Chiara malas. Seketika merubah raut wajah bahagianya cepat.
"Gue nanya Floryn," kesal Belinda.
"Dia belum mau ngomong sama gue," hanya itu jawaban Floryn.
Chiara menghela napas kasar. "Cewek itu benar-benar lagi ngambek, terus berharap kita yang minta maaf, padahal salah dia sendiri yang terlalu ikut campur kasus itu."
"Dia lagi sensitif, Chi." tukas Floryn.
Padahal sebelumnya Floryn merasa adanya Daniella diantara mereka merupakan suatu keberuntungan sebab Daniella yang paling enggan mencari masalah, menjadi orang pertama yang mendukung Floryn diawal, bahkan mengenalkan hal baik seperti pernah membelikan buku motivasi pada Floryn, mengajaknya berolahraga dan hal baik lainnya.
"Mungkin juga dia lagi sibuk, sebagai anak kedokteran wajar jadi sering sensitif, kita harus maklum." Belinda memang pihak yang selalu netral. Ibaratnya jika dipersidangan Belinda ini tim penasehat dan Chiara ini pengacara dari pihak yang kontra.
Chiara berdecak. "Halah, semua orang juga sibuk kali." hanya Chiara yang berani menyinggung anak kedokteran disaat yang lain merasa FK is another level bagi para mahasiswa.
Karena memang FISIP lebih dulu hadir di UNSAYA dibanding FK yang baru meluluskan 5 angkatan. Chiara merasa mereka masih anak bawang yang kebetulan bayaran semesternya paling mahal dan wajar-wajar saja untuk disenggol.
Apartemen Chiara masih sunyi senyap sampai terdengar bel yang dibunyikan dari luar, seseorang memencet bel berkali-kali tak sabaran. "Berisik banget, sabar cok!"
Seorang laki-laki dengan tiga serangkai dibelakangnya berdiri didepan pintu unit. "Zello?" Chiara sedikit terkejut.
"Hai, Chi. Biarin kita masuk," suara Salvio terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romance"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...