30 | couple's big quarrel

1.5K 132 48
                                    

notes; dimohon kontribusinya untuk vote dan comment kalau mau aku cepet up! makasiii, selamat membaca.

✰✰✰

not realizing the feelings that come,
and we are consumed by the bitterness of regret.
—with love, ssavera.

—with love, ssavera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30. couple's big quarrel

Hari pertama ujian semua berjalan lancar, dari mata kuliah pertama sampai yang terakhir yang diujikan, siangnya Floryn sudah bebas dari soal dan bisa pulang. Floryn sedang menunggu Zello yang katanya akan datang menghampirinya untuk pulang bersama, ke gedung FISIP setelah waktu pengerjaan mata kuliah terakhir di hari ini selesai, tetapi sudah setengah jam Floryn terduduk dikursi tunggu, belum juga ada tanda-tanda Zello akan muncul. Ponsel laki-laki itu juga sepertinya sengaja dimode 'jangan ganggu' agar tak bisa membaca pesan yang masuk.

Floryn mulai bosan, ia tak bisa sabar, yang akhirnya Floryn sendiri yang memutuskan pergi ke gedung FEB, menghampiri Zello yang tak kunjung terlihat wajah menyebalkannya.

Dilihat-lihat, hampir semua mahasiswa FEB juga sudah selesai mengerjakan, waktu pengerjaan juga tak beda jauh dengan fakultas lainnya, tetapi kemana hilangnya Zello, kalau tidak jadi mengantarnya pulang setidaknya beri kabar jangan buat Floryn bingung, kan.

Beruntung Floryn hapal ruang ujian Zello, bahkan nomor urut ujian di meja Zello saja Floryn bisa menyebutkannya tanpa ragu. Sehingga Floryn tak perlu mencari-cari lagi tujuannya, Floryn masuk ke salah satu ruang ujian disana yang sudah agak lengang itu, lalu langsung disuguhkan dengan pemandangan mengejutkan, yang ditangkap oleh kedua matanya yang melebar, berhasil membuat dadanya bergerumuh. "Wow, sorry ganggu."

Dengan tergesa-gesa Floryn keluar lagi dari ruangan yang bahkan baru satu langkah ia masuki, ia jelas sangat terkejut dan tidak bisa bersikap seperti biasa yang tak acuh. Seruan dari seseorang dibelakang yang mengejar langkahnya bahkan hanya menggema bebas diudara, tak masuk ke telinga Floryn yang terus fokus berjalan keluar dari gedung FEB.

"Floryn, please, jangan marah. Berhenti dan dengerin aku." secepat apapun Floryn berjalan, tetap bisa disamakan langkahnya oleh si pengejar.

"Ngapain ngikutin?" sewot Floryn, makin berlari kecil.

"Kita kan mau pulang bareng."

Floryn mendengus sebal. "Telat, lo kelamaan, setan. Sibuk tebar pesona sampai pacarnya sendiri dilupain." ucapan Floryn kembali kasar, ia bahkan sudah tak peduli jika sekarang menjadi tontonan.

Sampai langkahnya terhenti, lengannya ditarik paksa agar menghadap si pengejar yang tak juga menyerah itu, bahunya ditekan kuat agar tak bisa beranjak kemana-mana. "Anjeng, lepasin!"

"Kamu kasar lagi, aku nggak suka dengarnya."

"Suka-suka gue, sialan. Zello lepas, gue bilang!" Floryn memberontak, jiwa liarnya yang kasar dan tak suka diatur muncul tanpa peringatan, membuat sang laki-laki yang menahan bahunya itu membuang napas lelah.

TACHYCARDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang