Butuh waktu dua hari untuk Floryn berhasil membujuk band Zello agar bersedia tampil di pesta ulang tahun Giorgia. Namun tentu tidak semudah itu, mengingat Zello selalu menyusahkan dan semaunya.
Floryn ingat kesepakatannya dengan Zello kemarin. "Lo udah janji, Ze!"
"Band gue lagi bermasalah."
"Kapan si emangnya band lo itu pernah bener? Banyak alasan!"
"Iya, band gue bakal tampil disana. Tapi lo juga harus janji, lo nggak boleh nolak kalau gue sentuh, termasuk didepan anak kampus yang hadir nanti."
Katakanlah Zello gila, memang selalu. Karena saat hari ini tiba, Zello datang ke acara tersebut dan benar-benar membuktikannya. Zello merangkul pinggang Floryn mesra memasuki Club dimana acara itu akan berlangsung.
"Pinggang gue gatel lo pegang terus," sinis Floryn.
Yang sayangnya selalu dianggap santai oleh Zello. "Mau gue garuk? Nanti aja kalau di kamar ya, Blo."
Floryn mencoba mengabaikan Zello yang berdiri disebelahnya, sementara teman band lainnya menyusul di belakang, sembari membawa peralatan musik. Dan dengan kurang ajarnya, hanya Zello yang tak membawa apa-apa karena posisi dirinya yang sebagai vokalis.
Ya, seperti yang pernah Floryn katakan, untungnya Zello mempunyai suara emas, jadi ketika sekalipun ia lebih ingin posisi sebagai drummer, ia harus merelakan dan memberikannya pada Roberto karena hanya Zello yang mampu menempati posisi vokalis. Lagipula apapun posisinya, kesenangan dalam bermusik akan selalu menjadi hal yang diutamakannya.
"Gue mau naik ke stage, lo duduk aja disini." Zello menunjuk sebuah sofa yang tak jauh dari panggung.
Floryn mengangguk, mengiyakan. Membiarkan Zello mengecup sekilas pelipisnya dan pergi membantu teman-temannya bersiap. Hal sederhana nan romantis itu ternyata dilihat oleh sang pemilik acara.
"So sweet, ya ampun. Lo yakin kalian cuman temenan?" Giorgia tampil begitu cantik, dengan gaun putihnya, sementara yang hadir mengenakan setelan hitam.
"Temen aja nggak," balas Floryn, sebelum duduk di sofa yang Zello sempat tunjuk.
"Thanks by the way, Ryn. Lo mau gue traktir berapa minggu?"
Floryn tampak tak tertarik, sekalipun ia bukan anak dari keluarga mampu, ia sama sekali tidak kekurangan uang selama masih menjadi babu Zello. "Nggak perlu, simpan aja duit lo buat hal yang lebih berguna."
"Serius? Lo bantu gue, masa gue nggak ngasih lo apa-apa." Giorgia mengambil duduk disebelah Floryn, tampak menunjukkan reaksi terkejut.
"Gue jarang makan di kantin," kata Floryn lagi.
"Ya, apapun, gue bisa traktir lo yang lain. Lo mau apa? Gue bisa beliin, at least gue nggak mau ngerasa punya hutang ke lo, Ryn."
Floryn terpikirkan satu nama. "Lo ngundang Daniella?"
Sesaat Giorgia berpikir. "Daniella anak FK?"
"Iya."
Berhubung Giorgia cukup populer diangkatan fakultasnya sendiri dan punya banyak relasi dari fakultas lain, undangan pestanya juga menyebar ke mana-mana. Meski tak semua datang. "Gue nggak ingat, tapi kayanya diundang. Soalnya gue post undangan di sosmed gue juga, Daniella follow gue, jadi otomatis dia liat."
Floryn mengangguk. "Gue mau nyari Daniella."
"Why? Dia temen lo?"
"Hampir jadi mantan temen."
Giorgia ikut beranjak saat Floryn berniat pergi. "Mau gue temenin?"
"Nggak usah, temuin aja mereka yang udah hadir disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romance"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...