notes; selamat membaca, adakah pembaca baru? btw, tahu dari mana cerita ini?
20. exhausting
Hari-hari yang Floryn lewati terasa berat. Bukan hanya karena mendekati ujian, tugas pun menjadi semakin banyak, tetapi karena faktor utamanya adalah menghadapi sikap Zello yang berubah.
"Nggak apa-apa kan kita ke sekolah Othello dulu?"
Floryn menengok ke samping, dimana Zello tengah menyetir. Zello jadi sering menggunakan mobil dibanding motor setelah mereka resmi berpacaran, padahal menurut Floryn lebih asik menyusuri padatnya jalan dengan motor, lebih singkat. "Mau apa?"
"Kamu tahu kan, Othello aktif dikarate? Hari ini dia tanding, aku mau ajak kamu nonton, ada Bunda juga yang dateng." jelas Zello, yang diangguki begitu saja oleh Floryn.
Penolakan adalah opsi terakhir yang ingin Zello dengar. Floryn bukan orang yang penurut, hari ini pun rasanya Floryn ingin memberontak saat Zello kembali memilihkan apa yang pantas untuk ia pakai, tetapi Floryn berakhir dengan tak melawan pada Zello. Menghindari keributan yang mungkin jika dulu terasa ringan dan sekarang terasa seperti berbuat salah beribu tahun, mudah sekali untuk Zello menyudutkannya.
Wajah Zello terlihat berbinar, tak sabar untuk sampai ke sekolah adiknya. Sedangkan Floryn merasa gelisah, seperti ada sesuatu yang mengikatnya kencang, tali tak kasat mata, membuatnya tak bisa bergerak atau bebas memilih kemauannya sendiri; kemana ia harus pergi, apa yang harus ia pakai, bersama siapa ia pergi. Floryn mulai sadar, perlahan kebebasannya mulai hilang.
"You changed."
Zello menoleh ke samping. "Hm?"
"You're not the old Zello," imbuh Floryn, memilih tak membalas tatapan Zello saat ini.
Yang tak terlihat Floryn, binar dimata Zello meredup. "I'm the old Zello, the Zello you left 3 years ago."
Floryn tersentak, sedikit terguncang saat ucapan dingin Zello berhasil menusuk dadanya, membuatnya sesak. Zello menyalahkan Floryn atas perginya ia tiga tahun lalu? Floryn ingin tertawa sekeras mungkin bersamaan matanya yang memerah panas. Zello hanya mementingkan egonya. Tidak berpikir bahwa banyak yang sudah terjadi dimasa lampau, yang sama sekali tak Zello ketahui sudah menimpa Floryn, itu adalah sesuatu yang tidak bisa Floryn kendalikan. Itu takdir, yang sampai sekarang pun belum bisa Floryn terima dengan mudah. Zello seharusnya tidak berpura-pura buta, bahwa Floryn yang lama telah mati.
"No, I don't know you. The current one," balas Floryn.
"Bahkan udah jadi pacar pun, kita akan tetap ribut?" sebuah peralihan yang bagus, Zello terkekeh hambar.
"Itu artinya kita nggak cocok, jadi teman aja nggak berhasil apa lagi jadi pasangan." mata Floryn menyapu sekeliling tempat yang mobil itu lewati, sebuah sekolah swasta menengah pertama yang sangat luas dan infrastrukturnya memanjakan mata saat pertama kali memasukinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romansa"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...