notes; bisa baca ulang ke atas dikit, barangkali lupa, maaf ya baru update lagi, n terimakasi udah nunggu :(
42. i love you
"Lo belum jawab pertanyaan gue, Bang!" Zello merusuh didekat Heksa yang tengah bekerja.
"Ze, kerjaan gue numpuk. Nanti aja," balas Heksa entah yang keberapa, tetapi Zello tak mau mengerti itu, Zello tak mau beranjak dari duduknya sebelum mendapat apa yang ia inginkan.
"Bang, please. Gue nggak pernah minta—"
"Sering, lo sering minta apapun, jadi stop buat permohonan gitu." Heksa menyela, lelah.
Jika biasanya Heksa tampak santai dengan senyum mematikannya, kini raut wajahnya mengatakan hal yang sebaliknya, Heksa sedang tak bisa berpura-pura. Heksa juga sedang tak mau mengurus rasa penasaran Zello yang seolah tak pernah tuntas.
"Gue udah masuk Raganta, Bang." ucap Zello kemudian, terdengar seperti baru saja memamerkan pengorbanannya, dan tentu saja Heksa tertawa remeh.
"So what? Lo udah dapat yang lo mau, kan?"
Zello menggeleng. "Belum, Bang—"
"Stop, gue nggak bisa jawab semua pertanyaan lo." Heksa lagi lagi memotong, seakan tahu apa saja yang akan ditanyakan Zello. Masih tentang perempuan berharga di hidup Zello, dan itu sama sekali bukan urusan Heksa.
"Gue nggak pernah nuntut apapun selama di Raganta, lo tahu itu, Bang. Gue bahkan ikut disetiap misi dua bulan belakangan ini, dan gue cuma minta lo ceritain soal Rudholpo aja lo segini tutup mulutnya." emosi Zello memuncak.
Heksa masih berfokus pada pekerjaannya, tak merasa terusik dengan laki-laki dihadapannya yang wajahnya merah padam karena emosi itu. "Gue pernah ceritain dulu, kan?"
"Nggak detail. Siapa anak haram itu?" todong Zello cepat.
"Mana gue tahu," jawab Heksa tanpa ragu.
"Bohong. Lo bohong. Nggak mungkin lo nggak tahu, Bang. Informasi apapun, lo pasti tahu, anak buah lo banyak." Zello berusaha menyudutkan, tetapi jelas lawan seperti Heksa sangatlah sulit untuk ditaklukan.
"Don't be funny, bukan berarti gue tahu segalanya, goblok." Heksa menatap Zello tak habis pikir. "Apa si jawaban yang mau lo cari? Bahwa anak haram itu Floryn? Cewek lo?"
"Bangsat!" Zello menggebrak meja. "Gue tanya baik-baik ya, Bang. Ke sini. Bukan buat dengar omong kosong kaya gini."
Heksa tetap tenang, ekspresinya tak berubah. "Get out then, jawabannya bukan disini."
Jika Zello bisa mengamuk, sudah tak akan Zello tahan sedari tadi. Namun karena ini kantor milik Heksa, dan ia tidak mungkin membuat keributan dan mempermalukan diri sendiri, maka ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romance"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...