warning;
part ini bahaya! bisa bikin senyam-senyum sendiri! hati hati rahang pegel :)✰
Tidak biasanya Floryn melupakan satu hal, tiap kali keluar malam, yaitu mengenakan jaket. Tidak dalam kondisi kedinginan saja Floryn biasa mengenakan pakaian tebal atau double, ini bisa-bisanya Floryn mengenakan celana pendek di atas lutut juga kaos yang untungnya panjang, tetapi tipis itu.
"Duh, lo kenapa gerak-gerak mulu si?" Belinda, yang datang bersama Floryn, menegur dengan pandangan yang kentara risih.
Dibanding perempuan yang berada dalam jangkauan mata Floryn, pakaiannya adalah yang paling aman dan tertutup. Karena lainnya menggunakan dress atau atasan tanpa lengan dan rok.
"Iya nggak bisa diem banget lo, kebelet?" didukung oleh Chiara dan Daniella.
Chiara satu fakultas dengannya, FISIP. Daniella anak FK yang nyasar dan Belinda dari FEB. Floryn cukup punya hubungan baik dengan mereka, tetapi Floryn tidak tahu harus menyebut mereka apa, kenalan? Teman? Nanti akan Floryn pikirkan kembali.
"Kebelet pengen dapet pacar?" gurau Belinda, lantas yang lain tertawa.
Floryn hanya tersenyum masam. Mata Floryn berkeliling, menyapu habis ruangan terbuka yang mejanya banyak terisi oleh wajah-wajah asing. Sebenarnya ini acara untuk mahasiswa FISIP dan FMIPA, tetapi jadi begitu ramai karena mahasiswa dari fakultas lain, seperti Daniella dan Belinda, ikut bergabung.
Floryn yakin sekali, anak FISIP dan FMIPA yang datang ke sini justru lebih sedikit, yang membuat penuh tempat adalah anak FEB. Entah untuk apa tujuan mereka menjadi tamu tak diundang, untung saja si pembuat acara memperbolehkan saja agar tidak membuat keributan.
Blind date—kencan buta—adalah suatu pertemuan antar dua orang asing yang belum pernah bertemu sebelumnya untuk melewati masa pendekatan, lalu kedua belah pihak bisa memutuskan ingin melanjutkan hubungan itu atau tidak. Setidaknya itu yang Floryn ketahui dari internet, selebihnya Floryn tidak tahu dan lebih banyak duduk diam dibanding yang lain yang mengerti dan antusias dengan kegiatan itu.
"Ryn, itu cowok yang pake jaket item, dari tadi ngeliatian lo terus." pancing Daniella, saat yang lain sudah menemukan teman berbincang, hanya Floryn yang setia duduk disamping Daniella, tidak melakukan apa-apa selain mengutak-atik ponselnya.
"Samperin sana," ucap Daniella lagi, yang membuat Floryn melotot.
"Ngapain?" tanya Floryn sangsi, pasalnya ia tidak berniat untuk mendapatkan pacar atau teman ngobrol sepulang dari acara itu.
Awalnya Floryn hanya menghargai Chiara saja yang mengundangnya dan karena Chiara terlanjur menaruh nama Floryn di list, mau tak mau Floryn menghadiri. Floryn sama sekali tidak berniat untuk berkenalan dengan lawan jenis di acara itu. Bagi Floryn, kencan semacam itu hanya buang-buang waktu, mustahil berhasil.
"Siapa tahu mau kenalan, daripada lo ngintilin gue terus," kata Daniella. "Eh, eh, dia ke sini, nyamperin lo," lanjutnya heboh.
"Berisik, Dan."
Daniella menutup mulutnya, menahan tawa. "Bye! Jangan lupa ingetin pakai pengaman," ejeknya seraya melambaikan tangan dan mundur selangkah demi selangkah menjauh, memberi akses laki-laki tak dikenal itu agar leluasa mengajak bicara Floryn.
Selagi Floryn memutar bola matanya jengah, laki-laki itu entah sejak kapan sudah duduk didekatnya, melempar senyum sopan. "Hai, gue Tommy."
Floryn menjabat tangan laki-laki yang mengaku bernama Tommy itu, berusaha sopan juga, meski ekspresinya enggan. "Floryn," balasnya singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romansa"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...