fall in love..
fall...
and fell many times.—with love, ssavera.
44. on the verge of separation
Sebaik apapun kondisi Zello yang selamat dari kemarahan ayahnya, kesalahannya tetaplah tidak akan semudah itu dimaafkan, perlu dipertanggung jawabkan, dan Zello sadar itu.
Zello juga mengakui bahwa dirinya salah, dirinya pantas untuk dihukum. Ayah mana yang tidak kecewa saat anaknya justru mendekat pada hal yang berbahaya, yang membawa luka lama, yang sangat dibencinya. Ayahnya pasti marah, meski tak ada makian atau suara yang meninggi dari sang ayah yang Zello dapatkan, tetap saja diamnya Alkana sudah menjadi jawaban bagi Zello bahwa hukumannya sudah di depan mata.
Di ruangan Alkana, ada Raksa Helium—Papa kandung Heksa. Yang sudah pasti kedatangannya ini menyangkut Zello yang tiba-tiba dibebaskan dari kelompok Raganta, atas keinginan Alkana.
Raksa membela Zello mati-matian, tetapi itu tak ada gunanya, karena Alkana tidak hanya marah, tetapi juga terlanjur sakit hati. Merasa terkhianati oleh anaknya sendiri. "Keluar, Raksa. Gue nggak butuh dengar apapun dari lo." Alkana juga bicara dengan nada dingin, tak selayaknya bicara dengan kawan lama.
"Lo nggak bisa nyalahin sepenuhnya ke Zello, atau Heksa, mereka masih muda, kesalahan adalah hal yang wajar." untuk satu alasan itu, mungkin benar, tetapi Alkana tetap tak bisa menoleransinya.
Bayangkan jika Alkana tidak tahu ini semua, tidak tahu menahu tentang anaknya sendiri yang ia percayai justru bergabung pada kelompok yang sangat dibencinya. Bayangkan jika Zello terus terjebak bersama Heksa, dalam kelompok kotor itu. Bayangkan jika masa depan Zello hancur, karena terlibat dengan sesuatu yang menyimpang, yang terjadi disaat keanggotaannya di Raganta.
Bayangkan.
Bayangkan.
Alkana membayangkan kemungkinan buruknya, juga luka lamanya terhadap Raganta. Alkana selama ini menjaga Zello agar tak tersesat dalam lubang kegelapan yang sama dengannya di masa lalu, tetapi kini Zello sendiri yang menyemplungkan diri ke dalam kegelapan itu. Dan sekarang bukankah wajar Alkana ingin menarik kembali Zello keluar dari lubang itu, mencari cahayanya untuk Zello sendiri, sebab semarah apapun dirinya, Zello adalah anaknya. Anaknya dengan Beryl. Kakak untuk Othello. Mereka semua berarti untuk Alkana.
"Oh, ayolah, Alka. Marah lo ini berlebihan."
Zello yang berada di ruangan yang sama dengan kedua pria itu, sempat menahan napas, merasa takut dengan keberanian Raksa dalam bicara dengan lawan bicara seperti Alkana Antrasena, seseorang yang kehendaknya tak bisa diganggu gugat.
"Jangan karena lo membenci Raganta, lo jadi berharap anak lo ikut membenci juga."
Kalimat itu mampu membuat Alkana menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu tersenyum remeh. "Gue bukan lo yang mendoktrin seorang anak untuk tetap bertahan di dunia kotor lo. Jauh-jauh dari anak gue, selangkah pun, gue nggak akan biarin lo bawa anak gue terjerumus bahaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romance"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...