the past is like the abyss of death, haunting and heartbreaking.
—with love, ssavera.
41. bad honesty
Perkuliahan kembali aktif. Sebagai mahasiswa semester tiga, Floryn kembali disibukkan dengan tugas mata kuliah, sama seperti Zello yang belakangan ini juga jarang menemui Floryn di gedung FISIP, mungkin karena kelasnya yang makin padat ditambah pergantian dosen yang Zello baru kenal dan harus adaptasi lagi dengan cara mengajarnya.
Floryn hanya akan bertemu Zello saat di apartemen, seringnya di malam hari, entah urusan apa yang dilakukan Zello selain masuk kelas, karena rasanya Zello terlalu lama diluar. Namun Floryn tak mempermasalahkan, tak bertanya juga, membiarkan.
Malam ini pun sama, Floryn melihat Zello yang baru pulang ke apartemen, masih mengenakan pakaian yang sama seperti yang dilihatnya tadi pagi sebelum berangkat ke kampus. Dengan rambut berantakan dan tampilan kusut, Zello tetap indah dipandang. Menyadari tatapan mereka bertemu, Zello melempar senyum dan mendekat ke arah Floryn yang berdiri di depan lemari pendingin yang terbuka.
"Malam terus pulangnya," suara Floryn menyapa lebih dulu, tangannya dengan cepat menutup pintu kulkas itu setelah mendapatkan es krim yang dibutuhnya.
"Maaf, tadi pagi berangkat sama Chiara, kan?" tanya Zello memastikan, lalu Floryn mengangguk singkat. Karena kegiatannya belakangan ini cukup jarang ada luang, Zello jadi tak bisa menemani Floryn ke kampus, saat sama-sama di kampus pun Zello tak bisa mampir ke gedung FISIP untuk melihat perempuannya itu barang sebentar saja, tidak bisa, karena Zello akan buru-buru pergi meninggalkan kampus dan menjalankan kegiatannya itu. Zello merasa bersalah, tetapi urusannya kali ini sangat penting dan belum bisa dinomorduakan, atau Heksa akan marah.
Semakin hari, Heksa semakin memberi banyak beban tugas pada Zello, membuat Zello sendiri kewalahan. Beberapa tugasnya memang berkelompok, seperti tugas terakhir di malam ini, Zello dan sekelompok anggota Raganta berhasil menghancurkan klub milik seorang bandar sesuai permintaan orang yang sudah membayar Raganta. Namun yang Zello tak habis pikir, dari semua tugas yang berjalan, Heksa selalu meminta Zello ikut turun tangan. Padahal masih banyak anggota Raganta yang bisa dibilang lebih cerdas dan tangguh dibanding dirinya.
Pernah sekali Zello menolak karena harus mengerjakan tugas kuliahnya, Heksa justru menganggap Zello berbohong dan sengaja ingin lari dari tanggung jawab. Terkadang Heksa menuduh Zello sudah bosan berada ditengah-tengah Raganta, sampai malas melakukan misi, padahal tidak seperti itu. Zello hanya merasa Heksa terlalu menyita waktunya, sehingga waktu bersama Floryn berkurang.
"Gimana hari ini?" Zello merangkul bahu Floryn, merapatkan diri, meminta satu suap sendok es krim yang tengah dinikmati Floryn.
Floryn berbagi es krimnya, lalu menjawab. "Gitu-gitu aja."
"Kalau hari aku jenuh banget, jarang liat kamu."
Tawa halus Floryn yang dibuat-buat terdengar. "Yang paling sibuk banget sampai nggak ada waktu buat pacarnya sendiri siapa, ya?" cibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romance"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...