25 | there's no way out

1.8K 136 35
                                    

notes; tebak berapa kata di part ini? banyak sekali! jadi mohon baca hati-hati semuanya jangan hanya dialognya saja.

✰✰✰

The trap worked,
she couldn't escape from it.
—with love, ssavera.

—with love, ssavera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25. there's no way out

Ternyata tak semudah itu.

Menjalani hidup dengan pikiran positif dan hati yang damai, tak semudah seperti saat membalikkan telapak tangan. Floryn nyatanya masih sering menangis diam-diam, makin sering mengunjungi makam Mamanya. Dan ada yang berbeda kali ini. Biasanya Floryn sendiri, kini ada Zello yang menemaninya datang ke rumah Mamanya.

"Tante, kalau boleh saya mau manggil Mama," kalimat pertama dari Zello saat pertama kali mengajak bicara batu nisan yang tertancap digundukan tanah.

"Mama, semoga tenang disana, jangan khawatirkan Floryn lagi, sekarang ada saya. Saya akan jaga anak perempuan Mama."

Floryn tersenyum. Mulut Zello memang manis, pintar sekali bicara, bahkan pada makhluk yang tertimbun tanah. "Kamu mau jagain aku sampai kapan?"

"Selamanya." Zello menatap Floryn intens.

"Selamanya? Bukannya itu terlalu lama? Apa nggak akan bosan?" membayangkannya saja Floryn tak pernah.

"Bosan itu pasti ada, sayang. Yang terpenting kita harus punya cara buat mengatasi itu, dengan mengkomunikasikannya."

Merasa Floryn tak akan bicara lagi, Zello beralih pada Mama Zola lagi. "Ma, karena kita nggak pernah ketemu, jadi saya mau memperkenalkan diri, saya Zello Antrasena. Iya, yang ayahnya ahli hukum itu, yang ibunya nakes itu. Iya, cucunya Rhod Antrasena yang melimpah itu kekayaannya."

"Narsis banget si," sela Floryn.

"Tunggu dulu, jangan dipotong. Saya Zello, Ma. Teman kecil Floryn, kami dulu tetanggaan tapi nggak sebelahan, agak jauh. Rumahnya—"

"Nggak usah dibahas yang itu," potong Floryn lagi.

"Astaga jangan ikut ngomong dulu, sayang. Lanjut ya, Ma. Kami selalu satu sekolah, selalu sekelas juga, tapi pas SMP pernah nggak sekelas karena diacak. Maaf, Ma, saya sering ngeledek anak Mama. Bukan maksud mau merudung, tapi memang dari awal saya kenal dia, saya tidak suka dengan sifatnya yang cengeng itu, jadi sering saya ejek. Eh, keterusan sampai sekarang."

"Kurang ajar banget kan, Ma?" sambung Floryn.

Zello berdecak. "Nggak ada maksud, Ma. Serius. Sekarang saya sudah bukan lagi temannya Floryn, saya pacarnya, Ma. Saya nggak tahu Floryn kepaksa atau nggak, tapi kayaknya kepaksa si, karena saya yang maksa." cengirnya tanpa dosa.

"Mohon doa restunya ya, Ma. Doain langgeng dan adem ayem."

Floryn mengernyit heran. "Memangnya mau izin buat nikah, pake restu segala."

TACHYCARDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang