Can I go through the storm with you, Ze?
—with love, ssavera.31. two-way direction
"Stop your stupid actions, Zello." Alkana menghadang anak pertamanya yang berniat keluar dari rumah itu dengan pandangan yang sarat akan kemarahan.
"I do nothing," sergah Zello, menatap Alkana tanpa takut, beradu dengan pancaran yang sama kuatnya.
"Hanya karena kamu tidak suka dengan sesuatu, bukan berarti kamu berhak menghancurkannya, berlaku juga dengan seseorang. Kamu nggak bisa selalu berbuat seenaknya, ada nama Antrasena yang tersemat dibelakang nama kamu, seharusnya kamu sadar tiap kali kamu ingin bertindak yang akan merugikan nama baik kamu sendiri dan keluarga."
Wajar Alkana marah besar, selain karena Zello yang menolak ikut ke acara ulang tahun perusahaan, Zello ketahuan mencelakakan anak dari rekan kerjanya, salah satu pemilik perusahaan properti Adriyanawang, yang memiliki kontrak kerjasama dengan Alkana. Meskipun perempuan itu tidak sampai kehilangan kakinya, karena Elio berhasil digagalkan Damar—orang kepercayaan Alkana, tetapi perempuan itu tetap masuk rumah sakit karena syok dan terjadi masalah pada pergelangan kakinya.
"Dia ganggu, aku nggak suka." terang Zello, yang tetap tak bisa dibenarkan tindakannya didepan ayahnya itu.
"Jangan biarkan tubuh kamu dikontrol emosi, kamu sudah terlalu sering bermain-main dan kali ini kamu salah sasaran."
Zello tak senang mendengarnya. "Ayah bela gadis gila itu? Dia terang-terangan dekatin aku, nggak tahu malu, Floryn sampai salah paham sama aku."
"Sudah Ayah bilang, kamu salah sasaran, kamu harusnya bisa lebih berhati-hati. Kamu bisa jelaskan baik-baik pada Floryn kalau memang ada kesalahpahaman, dibanding membuat masalah dengan Adriyanawang."
"Mereka jelas bukan tandingan Antrasena."
"Memang, tapi Ayah masih butuh mereka untuk memenangkan tanah sengketa yang kepemilikan awalnya berada ditangan keluarga itu, setidaknya jangan berani-beraninya berbuat gegabah sampai Ayah berhasil mendapatkannya, kamu hampir membuat perusahaan kita dalam masalah kalau sampai kesempatan itu hilang."
Zello terbungkam. Tak ada pembelaan lagi. Semua terasa menyudutkan, membuatnya mau tak mau mengakui kesalahannya. "Maaf, Ayah."
"Besok jenguk Josefina yang dirawat di rumah sakit kita, Bundamu juga akan merawatnya bertepatan dengan shift pagi, bawa saja Floryn agar tak ada kesalahpahaman lagi."
Lalu Alkana melenggang pergi, meninggalkan kekalutan dalam diri Zello, yang tak bisa berbuat apa-apa selain patuh.
Dengan perasaan yang kurang nyaman, Zello tetap memenuhi janjinya, mengajak Floryn makan malam ditempat yang sudah direservasi oleh Elio sebelumnya. "Hai, cantik banget." pujinya jujur, mendapati Floryn yang mengenakan dress, panjangnya selutut, berwarna hitam, yang begitu pas melekat ditubuh rampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romance"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...