04 | when is it official

3.2K 267 50
                                    

tunggu dulu!
kalian tau cerita ini darimana?

Beryl menatap anak pertamanya dengan alis yang bertaut, bingung. "Abang tumben banyak senyum, kesambet ya?"

Pagi tadi sebelum Zello berangkat ke kampus karena ada kelas pagi, tidak biasanya Zello mau sarapan dengan wajah secerah langit biru. Lalu sekarang sepulang Beryl dinas pagi, Zello juga masih menampilkan wajah cerahnya, seraya bermain gitar di ruang tengah, tampak seperti baru saja memenangkan tiket Coldplay gratis.

"Salah emang?" Zello bahkan tak sungkan untuk terkekeh, padahal biasanya menanggapi Beryl bicara saja sulit apalagi berekspresi lebih.

"Aneh, Bang. Bunda takut Abang sakit, deh."

Othello, anak bungsu Beryl, yang kali ini tertawa menanggapi. "Kesemsem itu, Bun. Bukan kesambet."

Penuturan Othello makin membuat Beryl berpikir keras. "Abang lagi deket sama cewek?"

Zello melempar tatapan permusuhan pada Othello, adiknya. "Ngawur lo ondel-ondel," sewot Zello yang justru dihadiahi tawa geli dari Othello.

"Nama adik kamu bagus gitu, kamu panggil ondel-ondel," kata Beryl tak terima. "Dah, Bunda mau mandi. Kamu juga Teyo, mandi ganti baju. Nanti bantuin Bunda siapin makan malem, oke?"

Zello hanya memutar bola matanya jengah, sedangkan Othello mengacungkan jempolnya tanda setuju. "Abang itu bola matanya jangan muter-muter, ntar juling."

"Lo mending cabut sebelum gue timpuk pake gitar," saat itu juga Othello yang masih mengenakan seragam putih biru langsung berlari dengan tawa yang masih menghiasi wajahnya.

Dua bersaudara itu punya karakter yang berbeda, sehingga seringkali terlibat pertengkaran, tidak pernah akur, selalu ada saja yang diributkan. Mengingat Zello anak yang dingin jika di rumah, malas bicara dengan anggota keluarga, galak dan pemarah. Makanya Beryl heran jika Zello sedikit melembut atau banyak senyum. Othello kebalikannya, anak itu murah senyum, manis, suka bercanda—kadang jail ke Kakaknya, dan pastinya lebih senang bicara dibanding Zello.

Namun siapapun yang melihat bisa menilai dengan sendirinya, bahwa Zello sangat menyayangi Othello, sebagaimana kakak yang sayang pada adiknya. Zello hanya terlalu gengsi untuk menunjukkan rasa sayangnya pada orang disekitarnya.

Zello mengamati ponselnya yang di layarnya tak kunjung muncul notifikasi yang ditunggu-tunggunya. Selain galak, Zello juga tidak sabaran, Zello langsung menelepon seseorang yang ia kirim pesan itu karena tak dibalas-balas. Panggilan kedua diterima, Zello berteriak, "Lama banget lo!"

"Gue lagi kerja, setan. Ganggu banget!" suara penerima telepon itu tak kalah tinggi, anehnya Zello tersenyum.

"Balik jam berapa?" tanya Zello, matanya melirik ke arah jam dinding di ruang tengah.

"Malem, nggak usah nyuruh-nyuruh, gue lagi sibuk. Lo kerjain tugas lo sendiri. Dah—"

"Blo, jangan ditutup dulu." tahan Zello buru-buru. "Kantornya masih yang lama? Gue jemput, ya?"

"Tempat kerja gue udah pindah," jawab Floryn dengan helaan napas lelahnya.

Perasaan Floryn masih bekerja di tempat lama, masih jadi editor yang banyak nganggur, tetapi duit ngalir terus. "Hah? Dimana?"

"Di surga, lo penghuni neraka nggak bisa masuk." Floryn menjawab asal.

Zello meledakkan tawanya yang tak mampu ditahan. "Ntar malem gue jemput. Bye, Bloon!"

✰✰✰

Lebih dari dua jam, Floryn duduk didepan layar komputer yang lama-kelamaan membuat matanya lelah. Namun Floryn tidak bisa beranjak sebelum tugasnya selesai. Selagi hari juga belum terlalu malam dan tidak ada tugas kuliah yang harus cepat-cepat dikerjakan.

TACHYCARDIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang