you were near me,
but I never knew your wounds.
—with love, ssavera.29. difficult puzzle
Hari ini akhirnya tiba. Bertemu komandan baru yang sempat dibicarakan Heksa, dijam dua pagi, dimana Zello yang memaksa, dengan cara yang cukup ekstrim. Zello menghadang laju kendaraan pribadi pria itu di jalan keluar kepolisian, masih kawasan kedinasan.
Meskipun ini sudah dini hari, banyak polisi yang masih berjaga disekitar jalan keluar, sehingga secara defensif mereka langsung mengarahkan pistol pada Zello yang berdiri angkuh ditengah jalan, meminta komandan itu keluar.
Pria itu sungguh keluar. "Turunkan senjata kalian, dia hanya anak muda yang mungkin tersesat."
Polisi yang yang pangkatnya lebih rendah dari pria itu mengikuti perintah dan mulai kembali ke posisi berjaga seperti semula. Pria itu mendekat ke arah Zello, matanya menyiratkan lelah dan kedatangan Zello yang secara tiba-tiba harus membuatnya menelan kecewa karena impian jatuh dikasur empuknya harus tertunda.
"Ada keperluan apa?"
"Saya butuh bicara," tekannya, bermaksud meminta tempat lain yang lebih privasi.
"Tidak bisa besok siang saja?" bukan niat pria itu ingin menolak melayani warga, hanya saja ia benar-benar butuh istirahat sekarang, matanya tak bisa diajak berkompromi.
"Tidak," tandas Zello.
"Baiklah, bisa masuk mobil saya? Kita bicara di jalan saja, sekalian saya antar kamu pulang." yang akhirnya pria itu sanggupi.
"Biar saya yang menyetir," tawar Zello seperti berbaik hati, meski sebenarnya ia hanya tidak ingin merugi dengan disetir orang yang kurang tidur.
"Kamu bisa mengendarai mobil tua ini?" tanya pria itu agak sedikit meragu.
"Tidak ada yang tidak saya bisa lakukan." suara yang begitu angkuh itu, membuat sang komandan sedikit terhibur.
"Dasar anak muda," sembari kepalanya menggeleng pelan.
Di dalam mobil yang melaju, keduanya masih hening sampai komandan itu kembali bicara agar sekaligus membunuh rasa kantuknya. "Bisa langsung sampaikan?"
"Saya juga tidak akan basa-basi," balas Zello datar.
"Kalau begitu silakan, katakan."
Zello sengaja mengurangi kecepatan mobil tua itu, agar bisa mengorek banyak informasi sebelum sampai tujuan. Sekali lagi, Zello tidak ingin merugi. "Saya Zello Antrasena," diawali dari Zello yang memperkenalkan diri.
"Ah, iya. Saya pernah mendengar marga itu, kamu anak pertama Pak Alkana?"
Zello mengangguk, tak ingin dikenal lebih jauh. Pria itu ikut mengangguk dan membalas, "Dan saya Rudholpo."
KAMU SEDANG MEMBACA
TACHYCARDIA
Romance"Lo nggak mau naik level dari babu jadi pacar gue gitu?" "Ogah." Kala benci menjadi sesuatu yang dinanti, amarah yang bertukar dengan rasa nyaman, keinginan untuk bersama lebih banyak dibanding yang dipikirkan. Raga yang terikat dengan cinta tidak b...