Bos Dan Sekretaris

2.8K 365 28
                                    

"Semua yang tadi dibahas dirapat udah kamu catat, 'kan?" Bima memandang Kinan yang berdiri di depan meja kerjanya.

Kinan mengangguk, "sudah, Bos!"

"Kamu bisa pake meja kerja yang di luar ruangan ini. Buat resume lalu kirim lewat email ke semua manager, termasuk ke aku. Alamatnya coba cari sendiri, di dalam laptop itu. Kalo sudah selesai, kamu boleh pulang," kata Bima lalu menekuri komputer lipat di depannya kembali.

Kinan berbalik badan untuk keluar, dan menuju meja yang tadi ditunjuk Bima. Sepertinya itu meja sekretaris yang terdahulu, yang katanya sedang cuti hamil sekarang.

"Kalo ada yang nggak ngerti, tanya!" Bima menambahkan saat Kinan hampir membuka pintu.

"Iya, Bos."

Beberapa menit berlalu, Kinan nampak fokus pada pekerjaannya dan dia pun malas bertanya. Dia lebih memilih melihat beberapa email terdahulu yang pernah terkirim ke para manager itu sebelumnya, daripada bertanya pada atasan galaknya. Dia pikir akan sama saja hanya isinya saja yang beda.

Kruk! Kruk!

Perut Kinan bersuara. Dia memang belum sempat makan siang sebelum tiba-tiba Mayang menelfonnya untuk datang ke gedung itu tadi siang.

Tahan Kinan, sebentar lagi ini selesai.

Bima tiba-tiba keluar dari ruangannya dan melihat itu, Kinan yang tengah duduk tak tenang di kursinya. Pria itu pun mengernyit, tanda dia penasaran. Kira-kira apa penyebab Kinan memegangi perutnya sambil meringis. "Kenapa?"

"Eh?" Kinan sontak menoleh.

"Kamu sakit?" tanya Bima yang terdengar sama sekali tidak lembut di telinga Kinan.

"Nggak apa-apa, Bos."

"Kalo nggak ngerti nanya. Awas aja jika nanti terjadi masalah. Udah selesai belum?"

"Sebentar lagi."

"Buruan!"

"I-iya."

***
Kinan tersenyum puas, pekerjaan di hari pertamanya bekerja telah selesai. Meski molor satu jam dari jam pulang kerjanya. Tak apa, 'kan? Namanya juga hari pertama.

Bima mendatanginya lagi.
"Ini jadwalku untuk beberapa hari ke depan. Buku ini punya Hasna, sekretarisku yang sekarang lagi cuti. Kamu bisa pakai."

Kinan mengangguk mengerti.

"Pulanglah! Sudah tahu 'kan jam kerjamu?"

"Sudah."

"Jangan sampai aku mengulangi apapun yang aku jelaskan padamu hari ini."

"Iya."

Bima menatap Kinan setelah sejak tadi hanya berbicara sambil fokus pada ponselnya. "Kemana suara berisikmu? Penurut sekali. Apa kamu memang seperti ini jika bekerja? Sebegitu inginkah kamu dengan pekerjaan ini?" Bima menyeringai.

Kinan hanya diam. Orang sabar disayang Tuhan, Kinan.

"Boleh saya pulang sekarang, Bos?" Email sudah terkirim semua, dan buku yang baru saja Bima berikan sudah dia masukkan ke dalam tas selempangnya.

"Pulang sana! Besok jangan telat!"

"Baik. Selamat sore."

***
Menendang sebuah kaleng bekas soft drink yang tergeletak di trotoar, Kinan hanya bisa pasrah karena harus menahan lapar. Uang dalam tasnya hanya cukup untuk naik angkot saja, karena ternyata dompetnya tertinggal di kamar kosnya.

Sedangkan angkot yang dia tunggu tak melewati jalan itu, jadi dia harus berjalan beberapa ratus meter lagi untuk menemukan angkutan umum itu melintas.

Bagaimana dengan taksi?

Hubungan Bodoh ✔ LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang