Tunggu Aku Datang

2.2K 350 23
                                    

Flashback

Rangga mengetukkan jari di meja bundar kafe yang berada di tengah-tengah dirinya dan para saudaranya berkumpul. Raga mengumpulkan mereka malam ini, kecuali Bima. Atas saran Raina, dosen muda itu tak ingin bertindak sendirian. Ini berkaitan dengan deduksi yang sangat mengganggu pikirannya.

"Greya, adalah anak pemilik perusahaan yang resmi pailit dua hari lalu, dan jatuhnya perusahaan itu pemicunya adalah putusnya jalinan kasih antara wanita itu dan Jerry. Benar begitu?" tanya Rangga memastikan pada Raga. Pria itu pun mengangguk membenarkan.

"Lalu pemicu putusnya Greya dan Jerry adalah Tara, sepupu jauh Raina yang seorang mafia juga?" Giliran Jordy yang memastikan.

Raga tak banyak bicara soal deduksinya, jadi yang bisa mereka lakukan adalah menerka-nerka sendiri lalu menanyakan benar atau tidaknya pada si pemilik dugaan.

Sungguh membingungkan.

Giliran Arsa yang bicara. "Jadi, ada kemungkinan Greya balas dendam ke Kak Bim karena perusahaan itu jatuh mendadak lantaran para pemilik saham mendekati Kak Bim untuk investasi. Alasannya, persahabatan Kak Bim dengan Jerry."

"Dan yang lebih membuka adanya kemungkinan balas dendam itu adalah Jerry pergi atas perintah Bima Andika Tama yang akan menggelar resepsi pernikahannya besok. Benar, 'kan?" Al menambahkan.

"Jadi, kalian sudah paham?" tanya Raga.

"Pasti pahamlah, 'kan dosen jenius yang ngejelasin. Meski irit tapi cukup masuk ke otak kita. Pantaslah, disukai para mahasiswinya. Ganteng dan nggak cerewet, tapi tepat sasaran." Rangga sengaja memberi obrolan selingan agar tidak terlalu serius. "Jadi, kita harus apa, Ga?"

"Bersikap nggak tahu apa-apa, tapi waspada." Raga menjawab santai.

"Kali ini saja, Ga. Ngomongnya panjangin dikit, strateginya gimana?" pinta Jordy dan yang lain mengangguk setuju.

Raga masih diam, lalu terdengar celetukan Rangga karena rasa penasarannya. "Hebat ya, Raina. Bisa sabar sama keiritan kata yang yang lo punya."

Raga malah terkekeh.

"Tuh, baru denger nama Raina aja dia bisa senyum lebar gitu. Anak Om Satria memang sebucin itu, pemirsah," tambah Rangga.

"Kita fokus ke maksud sebenarnya kenapa kita berada di sini. Gue penasaran tau!" Anggota termuda tak sabar.

Semua terdiam, menunggu Raga bicara dan menuntaskan rasa penasaran mereka.

"Gue udah hubungi Jerry, kemungkinan besok siang dia udah sampai Jakarta. Dia akan atur anak buahnya buat menjaga di beberapa titik jalan menuju hotel. Kita yang di dalam gedung waspada aja sama tamu-tamu yang mungkin adalah komplatan Tara. Jika terjadi sebuah keganjilan, target kita adalah Kak Bim dan Mbak Kinan, karena pasti sasaran anak buah Tara adalah satu di antara mereka." Raga akhirnya berkalimat panjang.

"Lo yakin kalo kerusuhan bakal terjadi besok?" tanya Arsa.

Raga mengangguk lalu berkata, "Raina sudah memastikan bahwa Greya sering datang ke rumah Tara akhir-akhir ini bersama ayahnya."

Tidak sedang janjian, tapi semua pria itu menarik nafas dalam dan panjang hampir bersamaan. Saling pandang, lalu tergelak bersama.

"Siapa sangka, dari kecil kita berantemnya sama mereka terus. Kayak nggak ada abisnya." Arsa berkeluh, dan Jordy merangkulnya.

"Udah jodoh barangkali," si dokter berujar. "Seperti halnya saat kita menjadi pemberani buat Raina saat itu. Kali ini buat kakak kita. Tapi, sungguh, gue punya firasat yang nggak biasa. Apa mungkin karena umur gue bertambah? Jadi, bahaya yang kita hadapin akan bertambah rumit dan berbahaya."

Hubungan Bodoh ✔ LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang