Curang!

2.5K 376 62
                                    

Hiruk pikuk malam ini tak memberi Bima kesempatan untuk tidur barang sejenak. Tiba di rumah tepat saat adzan subuh berkumandang, lalu membersihkan badan agar bau club malam dari tubuhnya menghilang. Hingga dia tertinggal sholat jamaah di masjid dan inilah kali pertama dia menjadi imam sholat fardhu bagi istrinya.

Dua rakaat telah usai, doa telah dipanjatkan. Kinan mencium punggung tangan suaminya, lalu Bima juga melakukan hal yang sama pada istrinya. Kinan pun terheran dibuatnya.

"Kok tangan aku dicium juga? Jangan bilang kalo itu ayah mertua juga yang ngajarin."

Bima tersenyum lalu merebahkan kepalanya di pangkuan sang istri. "Aku ngantuk sekali, Kinan. Tidur bentar boleh, ya?"

"Seharusnya sih, nggak boleh. Meski Mas udah kaya raya, tapi nanti bisa nggak kebagian rejeki. Kata Ibu begitu."

"Merem doang kalo gitu." Bima terpejam dan menyamankan kepalanya di sana. "Nanti siang kita ke butik."

"Ngapain?"

"Fitting baju pengantin, disuruh sama Mbak Mayang."

Hidung Kinan berkerut. "Harus ya?"

"Hehem."

Kinan melepas peci yang Bima kenakan, lalu rambut lembab milik suaminya itu dia usap lembut dan sesekali memberinya pijatan. Rasanya Bima kian mengantuk saja karena ulah istrinya.

"Kinan, pesta pernikahan yang seperti apa yang kamu mau?"

Meski tak menyangka bakal ditanya demikian, Kinan tetap memikirkan jawabannya. "Yang wajar sajalah. Yang dihadiri tetangga dan kerabat. Tapi rasanya akan sulit, karena pestanya di sini. Nanti jangan cuekin aku ya, pas pesta. Cuma keluarga Mas yang aku kenal kayaknya."

Tangan Kinan yang sedang mengusap kepala, Bima raih lalu menindihnya dengan pipi. "Suami macam apa yang cuekin istri di pelaminan? Meski kamu lawan berantem, dan wanita yang nggak ada anggun-anggunnya sama sekali, kamulah ratunya di pesta itu nanti. Kamu pusat duniaku, mau nyuekinnya juga gimana caranya?"

"Ini muji atau ngeledek, sih?"

Meski masih terpejam, Bima terkekeh. "Dua-duanya."

"Ish!"

"Mau bulan madu kemana?"

"Bulan madu? Apa harus, Mas?"

"Semua adikku menanyakan itu. Mereka dulu nikah, aku yang ngasih paket honeymoon. Jadi mereka mau gantian."

"Nggak ah! Aku mabuk udara. Mas 'kan tahu itu."

Bima mengubah posisi miringnya lalu terlentang. Dia membuka matanya lalu menengadah ke wajah istrinya yang terlihat semu kemerahan di sana. "Serius nggak mau?"

Seketika itu Kinan memberi Bima gelengan kepala. Masih teringat bagaimana rasa mual dan lemah tak berdaya usai berkendara Jakarta - Jogja dengan kapal terbang dulu.

"Tadinya aku pikir akan mengajakmu ke Paris. Ayah dan Ibu dulu juga bulan madu ke sana."

"Lagi-lagi meniru Ayah. Coba lebih kreatif merencanakan bulan madunya, siapa tahu aku mau."

Bima diam tanpa ekspresi, padahal Kinan baru saja meledeknya. "Sini mendekat!"

"Apa?" Meski perintah Bima tak begitu jelas, tapi Kinan menurut dan menurunkan kepalanya.

Cup

Mulut julid Kinan baru saja terkena hukuman.

"Sudah cukup kreatif, belum?"

"Astaga! Nakal sekali anak ayah mertua ini!" Kinan melotot tak percaya atas perbuatan suaminya barusan.

Bima tahu Kinan kesal tapi dia malah menyamankan posisi berbaringnya. "Aku sangat mengantuk. Izinkan tidur di sini bentar saja."

Hubungan Bodoh ✔ LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang