Ekstra part 2 Kamu Satu-satunya

879 97 16
                                    

Mungkin Kinan sangat mengantuk, jadi sepanjang perjalanan pulang wanita itu tidur dengan pulas di kursinya. Sudah mereka putuskan, bahwa lebih baik makan di rumah saja, karena kata Kinan, dia mulai merindukan rumah lima lantai milik keluarga suaminya itu. Kini mereka sudah tiba di pelataran rumahnya, tapi Bima belum ingin membangunkan istrinya justru sibuk mengamati tiap inci wajah wanita yang telah dia nikahi itu.

Rasanya naik caravan bukan hal yang patut diulang lagi. Kinan sudah terbiasa dengan alam, jadi liburan mereka nilainya kurang memuaskan bagi Bima. Dia akan mencoba lagi nanti dengan liburan yang berbeda, karena menghabiskan waktu berdua dengan istri tanpa gangguan dari saudaranya yang lain adalah hal indah dan langka menurutnya. Kinan adalah suara di keheningan setelah kedua orangtuanya meninggal.

Padahal Kinan bukanlah orang baru di hidupnya. Hanya saja, dia baru sadar setelah menikah bahwa Kinan telah dicintainya sejak lama. Andai dia sadar lebih cepat mungkin mereka sudah memiliki anak empat sekarang.

Bima geli sendiri karena teori pikirannya itu lalu tangannya terulur untuk mengusap wajah ayu milik istrinya yang sengaja dia lakukan agar Kinan terusik. "Bangun! Udah sampe."

Kinan langsung merespon, perlahan matanya terbuka lalu mengamati keadaan di luar kaca mobil. "Kita udah di rumah?"

"Begitulah. Ayo makan!"

Kinan terpejam kembali namun sambil terkekeh. "Kenapa tak inisiatif menggendongku masuk ke dalam? Biar romantis kayak di film."

Bima mencebik, "aku juga capek, Kinan."

Kinan melirik Bima, lalu sengaja membuat ekspresi cemberut. "Kenapa suamiku ini tidak romantis?"

"Nanti aku akan belajar seperti apa itu romantis. Aku lapar, masaklah sesuatu untukku."

Punggung Kinan tegak sempurna, lalu mencoba mengerjap agar kantuknya tak tersisa. "Karena kita sama-sama lapar. Ayo masak bersama!"

"Aku tidak bisa."

"Kan sama aku, Mas. Coba dulu, ayo!"

Keduanya pun turun lalu bergandengan tangan masuk ke dalam rumah. Kedatangan mereka di sambut oleh para asisten rumah tangga yang tadi sudah mendengar suara mobil besar itu datang. Kinan tersenyum riang, dan menolak dengan lembut tawaran Siti soal menu makanan.

"Kami akan memasak bersama, Mbok. Kalian istirahat saja." Keduanya lantas naik ke lantai dua dan akan membuat sesuatu yang bisa mengenyangkan perut di sana. Sesampainya di dapur mewah itu Bima menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apa yang harus dia masak? Haruskah menuruti istrinya kali ini untuk memasak sesuatu bersama?

"Apa suami memasak bersama istri termasuk ke dalam daftar suami romantis versi kamu?" Itulah tanya Bima pada Kinan yang sedang memeriksa isi lemari pendingin berukuran besar di dapur istana mereka itu.

"Menurut aku sih, iya. Mas tahu, nggak? Ayahku suka masak buat Ibu. Biasanya dia masak nasi goreng karena itu kesukaan Ibu."

"Jadi aku harus masak ayam goreng sama sambal buat kamu?"

Kinan menoleh pada Bima dan meninggalkan pengamatannya pada isi lemari pendingin. Kemudian tersenyum, "sudahlah. Mas duduk aja deh! Tiba-tiba aku jadi kasihan. Aku aja yang masak buat Mas Bima. Pengen apa?"

Bima maju lalu mendekat pada istrinya. "Aku tak menyerah. Masak sepertinya tak sulit. Aku pernah melihat Ayah mengiris bawang buat Ibu saat dia sibuk di dapur. Aku ingin melakukannya juga."

Kinan mencebik lucu. "Lagi-lagi meniru Ayah. Ah, tapi jika benar begitu maka aku akan sebahagia ibu mertua."

"Tentu saja. Tinggal punya anak aja yang setampan aku. Maka lengkaplah kebahagiaanmu seperti Ibu." Senyum Bima merekah bahagia saat lagi-lagi Kinan tersipu malu jika dia membahas anak.

Hubungan Bodoh ✔ LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang