Tapi Bohong

2.8K 374 63
                                    

Canggung.

Ketika siku bertemu siku satu sama lain. Seperti biasa, malam ini jangkrik tetap menggelar konser tunggalnya dan dua pasang telinga penghuni kamar sederhana milik Kinan inilah pendengar setianya.

"Boleh aku nanya?" Akhirnya telur keheningan itu pecah juga. Kinan yang melakukannya. Bima pun bergumam tanda izin telah dia berikan. "Di Jakarta, Mas Bima tinggal sama siapa?"

Sebelumnya, mereka berdua sepakat bahwa besok sore Kinan akan ikut Bima kembali ke Jakarta.

"Empat asisten rumah tangga, dua tukang kebun, satu sopir dan dua satpam."

Kinan bergerak karena rasa penasarannya, hingga menimbulkan suara dari jeritan ranjangnya, dan entah kenapa Bima mengernyit tiap bunyi jeritan itu terdengar.

"Adik-adiknya Mas, nggak ada yang tinggal sama Mas?" tanya wanita berambut ikal itu antusias.

"Mereka punya rumah sendiri, Kinan. Kenapa kaget gitu?"

"Jadi, Mas tinggal sendirian?"

"Bersama sembilan orang pekerja."

"Mbak Mayang?"

"Dia tinggal sama Mas Ibram dan Al. Sia dan Sean tinggal di rumah mereka sendiri. Kamu kenapa? Di dahi kamu terlihat banyak sekali tanda tanya."

Sedari tadi Bima hanya berbaring dengan dua tangannya yang saling bertumpu untuk menambah tinggi bantal yang menopang kepalanya sambil menatap langit-langit, tanpa bergerak sedikit pun. Hanya sesekali melirik istrinya yang suka sekali membuat ranjang yang terbuat dari besi berdecit.

"Sia itu, kayaknya nikahnya udah lama, ya?"

"Lima tahun."

"Lumayan lama, ya. Apa mereka sengaja menunda momongan? Maaf ya, aku penasaran dengan semua adik-adikmu itu. Kalian begitu lengket kayak ketan."

Kinan yang miring menghadap Bima, membuat pria itu bisa melihat ringisan sungkan yang terbit di wajah natural istrinya itu.

"Nggak pa-pa. Jika ada yang ingin kamu tahu, bisa tanyakan padaku. Karena mau tak mau, kamu akan masuk menjadi bagian ketan yang lengket itu." Bima mendesah panjang, lalu miring agar bisa berhadapan dengan Kinan. "Kaki Sia pernah sakit. Jadi mereka sengaja menunda anak. Sia yang mau."

"Oh, sakit. Tapi Sean nampak sangat menyayanginya, ya."

"Mereka udah saling suka sejak kecil. Lagi pula semua suami pasti menyayangi istrinya, 'kan?" Tatapan Bima membuat Kinan merinding. "Aku juga."

"J--juga?"

Bima meraih jemari Kinan lalu menindih dengan pipinya. Lalu mata pria itu terpejam. "Untuk malam ini saja, izinkan aku tidur duluan. Aku sangat lelah, Kinan, dan sepertinya kamu belum ingin tidur."

"Jadi, Mas itu tidurnya sengaja nungguin aku?" Pertanyaan Kinan tak membuat Bima membuka mata, tapi sebuah jawaban dari suaminya masih sempat dia dengar sebelum nafas teratur Bima mengalun beriringan dengan detak jantungnya yang tak normal.

"Ayahku juga melakukan itu."

Apa semua kebiasaan Ayah mertua akan dia tiru?

***

"Kalian tak pulang sekalian?" Bima bertanya pada Sia dan Sean yang mengantar mereka ke stasiun.

Sia menggeleng. "Masih pengen di sini, Kak."

"Kakimu sudah sembuh, pergilah kemana pun kamu mau." Pesan Bima pada keponakannya. "Jagain dia!" Kini giliran pesannya untuk Sean.

"Pasti. Kabarin kita tanggal resepsinya. Lo hati-hati di jalan." Sean menepuk bahu Bima. "Masuklah, kereta kalian akan segera tiba."

Hubungan Bodoh ✔ LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang