Bahagia Sederhana

2.4K 343 49
                                    

"Kenapa belum tidur juga?" Bima menyusul Kinan untuk berbaring di sebelahnya. Dia baru saja kembali dari ruang kerjanya untuk mengecek pekerjaan yang akan dia tinggalkan beberapa hari untuk mengurus resepsi pernikahannya. Tapi ternyata istrinya masih terjaga, sama seperti sebelum dia pamit ke ruang kerja.

Kinan tersenyum sambil menindih dua telapak tangan yang dia tangkupkan di bawah pipinya. Saat ini posisi badannya miring menghadap Bima. "Masih baper," jawabnya.

"Kata itu nggak cocok sama kamu."

"Lalu kata apa dong, yang cocok buat keadaan hati aku saat ini?"

"Lebih baik kamu tidur, Kinan."

"Bergadang yuk! Sebelum Mbak Mayang culik aku besok."

Bibir Bima melengkung ke atas dan kepalanya menggeleng heran karena kalimat yang Kinan ucapkan. "Bahkan ini sudah lewat tengah malam. Mau tidur jam berapa?"

"Tau nih. Nggak ngerti banget sama hati. Mentang-mentang lagi jatuh hati, berdebar aja dari tadi."

"Separah itu?"

"Hmm." Kinan terpejam, "tadi udah doa. Ulangi lagi nggak ya, Mas? Kalo iya, tapi ternyata belum bisa tidur juga, mau berapa kali ngulang doa? Ah tapi, nggak rugi ini ya kita mau doa berapa kali juga."

Wanita itu terus saja meracau dan Bima hanya memperhatikan sambil mendengarkan apapun yang istrinya katakan. Lalu dia menaikkan selimut istrinya hingga bahu, dan mengecup pelipisnya. Mata Kinan pun terbuka lagi.

"Mas?"

"Hmm?"

"Mas tau syirik cinta?"

Bima mengangguk. "Jadi sedari tadi kamu mikirin itu sampai enggan buat tidur? Iya, aku tahu soal itu."

"Tapi kenapa bilang bahwa aku ini hidup kamu? Apa jika aku mati, Mas juga akan mati, begitu?"

"Hanya Allah yang tahu kapan kita akan mati, Kinan, entah aku ini dirindu surga ataukah buronan neraka. Tapi yang aku tahu, aku mulai candu, juga ada rindu buat kamu. Bukan mengagungkanmu melebihi Tuhan-ku karena siapapun tak boleh mengatasnamakan cinta pada manusia di atas cintanya kepada Rabb-nya, tapi untuk menggapai ridho Dia untuk masuk surga-Nya, selama aku hidup aku ingin ditemani sama kamu. Jika ... kamu yang pergi lebih dulu, kesempurnaan ibadahku hanya sampai di situ, karena menikah adalah penyempurna ibadah, bukan?"

"Nggak mau nikah lagi?" goda Kinan.

Bima bergerak lebih mendekat pada istrinya, seraya tangannya mengelus puncak kepala Kinan dengan penuh kasih sayang. Apa-apaan topik yang dipilih istrinya ini, Bima hanya menghela nafas lalu bertanya, "kamu pernah dengar kisah Hujaimah yang menolak lamaran Muawiyah setelah suaminya meninggal?"

"Pernah. Dia itu wanita yang sangat setia kepada suaminya, dan tidak ingin menikah lagi karena Abu Darda, suaminya, pernah berkata padanya bahwa seorang wanita akan berkumpul kembali dengan suaminya yang terakhir ketika di surga nanti."

"Entah aku atau kamu nanti yang berpulang duluan, aku inginnya kamu lagi yang jadi istriku."

Kinan terkekeh, "Mas itu manis banget tahu, nggak?"

"Sudah nggak risau lagi? Ayo, sekarang tidur."

"Belum mau."

"Terus kapan maunya?"

"Besok aku diculik Mbak Mayang, sampai resepsi nggak ketemu kamu lagi. Setidaknya, malam ini ayo mengobrol yang banyak." Wanita itu lalu terduduk, dan Bima terpaksa mengikutinya. Duduk berhadapan dengan suaminya, Kinan berkali-kali mengulang senyum anehnya tapi tidak juga bicara.

Hubungan Bodoh ✔ LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang