Kinan Jilid Dua

3.3K 383 132
                                    

Bima menindih tubuh Kinan, hanya beberapa detik setelah bunyi letupan senapan api barusan. Lalu memeriksa dengan seksama apakah ada luka di tubuh istrinya. Wajah pucat istrinya dia pahami seksama karena tiba-tiba air mata wanita itu mengalir.

"Aku nggak pa-pa." Kinan berucap lirih dan senyum pun terbit di wajah Bima. Pelukan mereka setelahnya adalah rangkaian dari rasa syukur pada kuasa sang pencipta atas perlindungan-Nya.

"Alhamdulillah." Entah berapa kali kata itu terucap lirih dari mulut Bima sambil menciumi puncak kepala istrinya.

Peluru yang baru saja melesat adalah Tara tujuannya. Jerry telah menembak tangan pria itu agar senjata yang diarahkan olehnya pada Bima bisa dia gagalkan. Tara meringis memegangi tangan kanannya yang mengeluarkan darah dan pistolnya terlempar jauh darinya.

Jerry yang berdiri di atas salah satu container melompat turun lalu menghampiri Tara dan Greya. "Orang curang tak akan menang," kata Jerry yang sudah berada di depan Tara dengan senyum sarkasnya.

Jerry masih menggenggam senjata berpeluru, lalu mengarahkannya pada Greya, tepat di dahinya. Wanita itu ketakutan, dan semua orang yang mengenal Jerry, baik anak buahnya atau pun Bima dan adik-adiknya nampak terkejut dengan apa yang dia lakukan sekarang.

Mereka pikir, Tara lah target bos mafia itu. Tapi ternyata bukan. Kenapa Greya?

Dalam todongan pistol yang diarahkan oleh mantan kekasihnya, Greya ketakutan. Tak berani bicara, hanya sesekali menelan ludahnya dengan susah payah. Matanya memohon belas kasihan.

"Bertanyalah?!" Perintah Jerry dengan galaknya pada wanita yang pernah menjadi kekasihnya selama lebih dari lima tahun itu.

Ragu dan bergetar, Greya menangkupkan kedua tangannya untuk memohon belas kasihan, agar dia mendapat pengampunan.

"Lo sadar apa kesalahan lo?!" Jerry makin membentak mantan kekasihnya itu.

"Am--ampun, Jer!" Wanita itu bersimpuh di kaki Jerry sambil menangis dan terus mengucap kata maaf.

Pemandangan yang memilukan bagi mata yang melihat itu. Tapi apa sebabnya permohonan maaf itu? Apa karena kandasnya hubungan kasih antara mereka?

"Maaf saja tidak cukup, Grey! Atas apa yang telah lo perbuat pada adik gue!" Semua orang terkejut, terutama pemuda yang baru saja datang bersama Arsa dan Rangga. Rupanya diam-diam, Al telah masuk ke mobil Rangga lalu bersembunyi di jok belakang saat Arsa sibuk merayu Sukma di lobi hotel tadi.

"Alana, kenapa?" gumam Al Fatih. Dia baru datang dan tiba-tiba mendengar nama gadis yang sedang sangat ingin dia lihat wajahnya.

Langkahnya terhenti meski Arsa dan Rangga mendekat pada Bima dan bertanya keadaan orang menjadi alasan mereka jauh datang ke pelabuhan itu. Senyum kelegaan keduanya dapati saat Bima menjawab bahwa dia dan Kinan baik-baik saja. Fokus Al tetap pada Greya yang menangis di kaki Jerry yang masih menggenggam pistol.

"Ampun, Jer!" Greya masih memohon. Tapi Jerry tak goyah, pistol itu masih mengarah pada kepala wanita berambut panjang kecoklatan itu.

"Tangisan dan permintaan maaf lo nggak akan membuat Alana menjadi Alana yang dulu lagi. Lo tahu?! Dia nangis tiap malam akibat perbuatan lo yang udah merusak hidupnya! Lo tahu apa yang membuat gue makin muak sama lo! Dia berbohong agar gue nggak sampai ngebunuh lo, mengingat selama ini lo udah dianggap kakak perempuan buat dia! Tapi dengan teganya lo ngejebak dia dan membuatnya kehilangan senyumnya lagi! Dia bohongin gue, seolah dunianya baik-baik saja, Greya! Lo jahat pada dia yang sayang sama lo!" pistol itu makin mendekat pada kepala wanita itu.

Tubuh Al bersandar pada body mobil Rangga karena tiba-tiba kakinya kehilangan daya untuk menopang tubuh tingginya. Lalu ingatannya berputar pada kejadian pagi itu, ketika Alana menamparnya. Tubuh gadis itu dia lihat tanpa sehelai benang pun saat Al baru saja membuka pintu kamar hotel dan membuat gadis itu terbangun.

Hubungan Bodoh ✔ LENGKAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang