Dalam keterkejutannya, Kinan harus menjawab tanya Reksa. "Bagaimana Kinan? Bersediakah kamu menikah dengan Rama?"
Kinan tengah duduk di antara kedua orang tuanya sambil menggenggam tangan Reksa yang dulu kekar namun kini terlihat pucat dan kurus. Wanita itu dibuat berpikir keras oleh lamaran yang tiba-tiba datang.
Rama. Dia pria baik. Mereka teman sekolah saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Tapi, tak ada getaran istimewa. Hanya ada rasa gugup yang diakibatkan tanya sang Ayah yang nampak sedikit memburunya.Kinan harus menjawab apa?
"Ayah ingin kamu menikah. Jika memang umur ayah tak lama, setidaknya masih bisa melihatmu dihalalkan oleh pria baik dan ayah akan tenang. Tapi, ayah tak akan memaksa. Semua keputusan tetap ada pada Kinan." Reksa menjeda kalimat tanyanya, seraya meneliti wajah putri keduanya itu. "Atau, kamu sudah ada calon sendiri?"
Wanita yang menjadi pusat perhatian oleh banyak pasang mata itu menunduk dalam, dan belum ingin melepas tangan kurus ayahnya. Reksa pun tahu, bahwa lamaran yang datang tiba-tiba ini membuat putrinya resah.
Kinan ingin ditolong dari rasa kalut ini. Haruskah dia menerima Rama? Sungguh Kinan tahu, Rama pria baik. Tapi apa kata baik itu sudah cukup untuk menerima prajurit ini?
"Kinan, aku tulus ingin melamar kamu. Sejak dulu malah. Tapi karena masih pendidikan dan belum jelas penugasan di mana, makanya aku tunda. Tapi tadi saat kita bertemu di bandara, membuat aku yakin bahwa inilah saatnya. Apa kamu bersedia?"
Seorang wanita paruh baya yang duduk di samping Rama tersenyum lalu berkata, "ibu sampai kaget, kenapa Rama balik lagi ke rumah. Padahal baru saja dia pamit tugas. Taunya ingin melamar kamu. Itu berarti dia nggak main-main sama keputusannya, Kinan."Kinan mengangkat wajahnya sambil tersenyum, lalu menatap wanita itu. "Saya ... "
Tiba-tiba ponsel di saku gamis Kinan berdering. Ketika benda itu sudah dia keluarkan, betapa terkejutnya dia saat tahu siapa yang menghubunginya hampir tengah malam begini.
Sukma.
Mereka memang sudah bertukar kontak kemarin waktu makan siang. Begitu pun dengan Ara, Kenanga dan Raina.
"Maaf, saya terima telfon dulu. Sepertinya ini penting." Entah apa alasan di balik panggilan telepon itu, dia sedang butuh nafas. Jadi menyingkir dulu sebentar dari tatap dan tanya mereka yang ada di ruang tamu rumahnya adalah hal yang sangat membantu.
Saat Kinan berjalan menuju pintu, Bima menatapnya hingga wanita itu benar-benar menghilang. Wajah pria itu sedikit tersenyum, lalu menghela nafasnya pendek. Tangannya mengetik di papan keyboard perpesanan yang masih terhubung dengan adik-adiknya di grub WA.
Anda
Jika kalian benar-benar menginginkannya, maka berusaha lah. Sisanya, kakak yang urus.***
Berjalan menjauh dari rumah, dan berhenti di sebuah kursi panjang yang disinari lampu jalan, Kinan menjatuhkan tubuhnya di sana. Duduk sambil memandangi nama wanita yang Kinan tahu berhati baik.
"Assalamu'alaikum." Salamnya ketika panel hijau ponsel jadulnya dia tekan. "Ada apa, Sukma?""Wa'alaikumussalam. Mbak Kinaaan!!!! Jangan nikah sama prajurit itu! Nggak boleh! Sukma nggak rela!"
Rasanya gendang telinga Kinan akan pecah akibat rengekan bak tangisan bayi yang Sukma miliki. Tapi, bagaimana Sukma bisa tahu tentang lamaran ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Bodoh ✔ LENGKAP
RomanceDisarankan sebelum membaca novel ini, lebih baik membaca lapak Romantic Rhapsody dulu ya ... BLURB Atas permintaan sang kakak, Bima Andika Tama harus menerima seseorang yang dia benci di masa remajanya untuk menjadi sekretarisnya. Wanita itu bera...