Sukma menyeret Kinan ke sebuah restoran yang bertuliskan The Rangers di depannya. Tempat makan berlantai dua bernuansa coklat kayu itu nampak teduh dan klasik. Suasana parkiran menunjukkan bahwa restoran itu sedang ramai karena saat ini masih masuk jam makan siang. Untuk hari Jum'at beberapa kantor memperpanjang jam istirahatnya karena harus melaksanakan sholat Jum'at untuk karyawannya yang muslim.
"Ayo masuk, Mbak! Ini restoran milik papaku." Sukma masih melingkarkan tangannya di salah satu lengan Kinan. Hanya saat di mobil saja Sukma melepasnya karena harus menyetir. "Jangan takut gitu, senyum dong! Sukma 'kan nggak gigit. Jadi nggak perlu resah gitu mukanya. Semua aman terkendali."
Kinan tersenyum yang sedikit dia paksakan. Mana bisa tercetak ketulusan sementara pikirannya menebak-nebak alasan apa yang membuatnya dibawa ke sana. Kinan akui, rasanya dia seperti dihormati oleh adik-adik Bima. Tapi, tetap saja rasanya aneh, karena baru dua hari dia bekerja di kantor kakak mereka itu.
Kakak ipar apa? Itu cuma candaan mereka saja, Kinan.
"Kita hanya makan 'kan nanti, Mbak?" tanya Kinan meragu.
"Jangan panggil Mbak, dong! Kan Sukma ini adik termuda. Panggil saja Sukma, kayak yang lain." Kaki keduanya sudah menapaki tangga kayu yang akan membawa mereka ke lantai dua. "Itu mereka di sana!"
Kinan menoleh pada sudut ruangan yang Sukma tunjuk. Ada sebuah meja kayu yang ukurannya lebih panjang dari meja lain yang ada di sana. Satu meja itu, sudah diisi beberapa wanita yang melambaikan tangan ke arah mereka, disertai senyum yang terkembang lebar.
"Assalamu'alaikum." Sukma memberi salam dan langsung dijawab kompak oleh beberapa wanita itu. Kinan kenal salah satunya, dia Ara istrinya Rangga.
"Mbak Kinan, kita ketemu lagi, ya!" Ara menyapa lebih dulu dan Kinan balas dengan senyuman yang dia paksakan karena gugup menyanderanya.
"Semuanya! Kenalin, ini Mbak Kinan, sekretaris Kak Bim. Kita semogakan banget supaya jadi kakak ipar kita!" Sukma berkata riang. Wanita ini, benar-benar ceria sekali. Nada bicaranya menebar keceriaan bagi siapapun yang mendengarnya.
Kinan tersenyum canggung sambil melambaikan tangannya. "Salam kenal semua! Saya Kinan."
"Jangan terlalu formal, Mbak. Jangan pake saya, aku-kamu aja." Usul salah satu dari mereka. Dia Raina, istri Raga.
Semuanya berjumlah tiga orang wanita muda, jika dihitung sebelum Sukma dan Kinan datang. Jadi, total sekarang ada lima orang yang duduk mengelilingi meja itu. Tapi masih ada beberapa kursi yang kosong. Nampaknya meja itu memang dikhususkan untuk keluarga besar mereka.
"Kenalin, Mbak. Dia yang barusan ngomong namanya Raina, istri Bang Raga, saudara kembar aku. Nah, di sebelahnya itu, si perawat cantik istri Jordy, namanya Kenanga. Terus yang duduk di depannya, adalah Ara, istri Rangga. Kalian udah kenalan kemarin, 'kan? Bingung, ya?" Sukma meringis lucu, "masih baru jadi wajar. Lama-lama juga hafal wajah dan nama kami." Sukma selesai memperkenalkan ketiga wanita berpakaian syar'i itu. Lalu mendesah lega dalam bingkai senyumnya. Wanita itu benar-benar murah senyum.
"Kalian semua, cantik dan sholeha. Jadi bingung mengingatnya." Kinan menggaruk alisnya dengan senyum anehnya. Dia belum bisa mencerna semuanya. Lagi-lagi dia diculik oleh adik dari atasan galaknya.
"Tidak masalah itu, Mbak. Kita hanya butuh sering ketemu dan kumpul bareng aja. Tenang aja, kita kumpul bukan buat ghibah kok , paling cuma makan dan belanja. Atau ikut kajian. Gimana kalo minggu besok, Mbak ikut kajian sama kita?" tanya Ara.
Kinan meringis, "besok dan lusa, aku ke Jogja. Maaf, mungkin lain kali."
"Sama Kak Bim?" tanya Kenanga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Bodoh ✔ LENGKAP
RomanceDisarankan sebelum membaca novel ini, lebih baik membaca lapak Romantic Rhapsody dulu ya ... BLURB Atas permintaan sang kakak, Bima Andika Tama harus menerima seseorang yang dia benci di masa remajanya untuk menjadi sekretarisnya. Wanita itu bera...