Real or Myth?

92 3 0
                                    

"Sesuatu yang disebut mitos terkadang akan muncul apabila kita memancingnya"

-Alexandra-

-X-

"Gerhana bulan merah. Mungkin fenomena ini akan dianggap sebagai bualan semata.

"Akan tetapi, hal ini nyata adanya"

Seorang pria paruh baya dengan rambut yang terlihat memiliki banyak uban seperti kakek kakek menjelaskan di depan kelas.

Seluruh murid yang mendengarkan tidak terlalu memperhatikan penjelasannya. Kenapa? Karena ini adalah pelajaran sejarah.

Bahkan aku bermain suit dengan sahabatku di sebelahku.

Memang menjengkelkan sih, tapi aku juga mendengarkan penjelasannya sebagai penghormatan karena mau mengajar di kelas ini.

"Dahulu kala, orang orang percaya bahwa Bulan Merah adalah pertanda dari makhluk penghisap darah. Vampir.

"Karena itu, orang orang percaya bahwa pada Bulan Merah, tidak boleh ada orang yang keluar rumah pada saat gerhana itu terjadi.

"Vampir memiliki kekuatannya masing masing. Dan pada gerhana itu terjadi, maka kekuatan seluruh Vampir akan meningkat sepuluh kali lipat.

"Jumlah Vampir semakin bertambah setiap tahunnya dan membuat populasi manusia berkurang.

"Akan tetapi. Suatu hari.... Secara tiba tiba seluruh Vampir menghilang sepenuhnya.

"Dan kini, namanya seperti mitos belaka"

Bel sekolah berbunyi dengan nyaring yang membuat Pak Ferry, guru sejarah kami berhenti menjelaskan.

Dengan senang hati aku langsung membereskan barang barangku dan bersiap pulang.

"Sepertinya waktu bapak sudah habis. Waktunya bapak undur diri dan selamat sore semuanya"

"Sore!"

Semua murid di kelas langsung membubarkan diri masing masing dan keluar kelas.

"Penjelasan tadi benar benar konyol, benar bukan, Audel? Kenapa mitos harus dijelaskan?"

Gadis berambut pirang sebahu yang ada di sebelahku hanya terkekeh mendengar ucapanku.

"Kau ini, selalu saja menganggap semuanya mitos" ujar gadis berambut pirang itu, Audel

"Habisnya aneh, di era modern begini mana ada Vampir" ujarku lagi

"Tapi, bisa saja para Vampir itu akan kembali. Karena kan mereka hanya menghilang, bukan berarti mereka musnah" ujar Audel berusaha meyakinkanku

"Kalau memang ada juga, aku tidak peduli juga sih" ujarku dengan santai

"Kenapa begitu?" Tanya Audel.

Aku terdiam sejenak dan menatap kedua bola mata berwarna ungu milik Audel lalu tertawa kecil.

"Karena mereka tidka akan pernah ada" ujarku diselingi dengan tawa

"Kau ini"

Setelah selesai membereskan barang barangku. Aku dan Audel pergi bersama dari kelas dan menaiki bis untuk pulang.

Audelia Valera. Usianya 18 tahun, seumuran denganku.

Aku dan dia sudah bersahabat sejak kami berdua pertama kali masuk SD. Dia benar benar orang yang menyenangkan, sedikit penakut dan panikan.

Walau begitu, dia orangnya sangatlah pintar, bahkan dia memiliki banyak sekali piala dan penghargaan di rumahnya.

Berbeda denganku. Nilai akademik ku sangatlah rendah, bahkan aku sampai dimarahi ibu dan ayahku karenanya.

Real Or Myth? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang