22

541 144 15
                                    

Chapter 22

Dulu, tidak pernah terpikirkan oleh Taehyung kalau pekerjaan yang dilakukan ayahnya ini akan sebanyak dan semenyebalkan ini. Apalagi saat beranjak remaja ayahnya sudah menerjunkannya ke dalam dunia politik yang sangat memuakan ini. Ingin sekali rasanya Taehyung kabur mengikuti jejak kakaknya waktu itu. Tapi disaat yang sama, hatinya juga goyah melihat ayahnya yang semakin sering sakit-sakitan hingga ia mau tidak mau harus turun tangan membantu pekerjaan ayahnya ini. Dunianya memang tidak pernah seindah kelihatannya. Penuh kepalsuan dan kepura-puraan.

"Yang Mulia, saya rasa yang mulia harus berangkat lusa nanti."

Tanpa melirik Namjoon yang ada dihadapannya. Taehyung justru masih fokus pada setumpuk laporan yang masih juga belum selesai ia periksa satu-persatu padahal jam sudah menunjukan pukul satu dini hari. "Apa keadaan ayahku belum ada tanda-tanda kemajuan?"

"Dokter Chu bilang keadaan baginda Raja sudah membaik, tapi baginda Raja masih dilarang untuk beraktifitas seperti sedia kala."

"Jadi pada intinya mereka semua ingin membebaniku bukan?" Taehyung menyinggungkan sebelah senyumannya sebelum melanjutkan. "Apa harus aku yang pergi ke Dubai?"

Namjoon menundukan kepalanya. "Benar yang mulia. Perdana mentri meminta anda yang berkunjung ke sana kalaupun Raja dalam keadaan sehat."

Taehyung menutup berkas laporannya. Ia menatap Namjoon saat bertanya. "Apa orang tua Sooyoung akan datang besok?"

"Benar, yang mulia! Tuan Park beserta istrinya akan berkunjung besok siang." Namjoon mengulum bibirnya sebentar, ragu-ragu untuk melanjutkan kalimatnya. Dan setelah beberapa detik hening, pada akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka kembali suaranya itu. "Apa tuan putri sudah mendapat kabar baik ini, yang mulia?"

Taehyung menaikan sebelah alisnya, menatap Namjoon heran karena menurutnya semakin hari Namjoon semakin menunjukan perhatiannya yang  agak berlebihan pada Sooyoung. Atau ini semua hanya perasaannya sajakah? Atau memang sejak kedatangan Sooyoung kedalam istana ini, semua orang yang ada di dalam istana seolah tertarik pada Sooyoung dan berlomba-lomba ingin memperhatikan perempuan itu?

"Kenapa?"

Namjoon sekali lagi menundukan kepalanya, menyembunyikan wajahnya saat menjawab. "Saya rasa tuan putri harus tahu kalau besok siang orangtua nya akan berkunjung."

"Untuk apa memberitahu padanya kalau besok ia bisa langsung menemui orangtuanya?"

Untuk apa? Bukankah tuan putri akan jadi sangat senang jika mendengar kabar baik itu? Lalu tuan putri akan tersenyum bahagia hingga wajahnya terlihat tiga kali lebih cantik dari biasanya. Membayangkan kebahagian tuan putri saja membuat Namjoon menarik bibirnya untuk tersenyum. Tapi ia tidak boleh terlena dan harus menghentikan bayangannya itu. "Hari sudah semakin larut. Lebih baik yang mulia beristirahat saja, biar saya yang akan menyelesaikan pekerjaan hari ini."

Taehyung mengedipkan kedua matanya normal yang masih mengamati Namjoon. Kemudian ia kembali mengalihkan atensinya pada laporannya sambil berkata. "Tidak perlu! Aku juga akan menyelesaikan ini semua dulu."

***

Belajar, belajar dan belajar sampai tua lalu mati dan membusuk. Apa Sooyoung harus terus melakukan hal ini padahal dari kecil saja ia paling tidak suka dengan sesuatu yang namanya belajar? Dulu saja ia lebih sering membolos apalagi pada pelajaran sejarah. Kenapa justru setelah dewasa Sooyoung harus terkurung dengan guru tua yang galak ini sih?

Huft...

"Tuan putri, bukankah anda harusnya sudah selesai membaca buku yang kemarin saya berikan hingga selesai?"

The king of the troublemaker queenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang