BAB 3

82 11 0
                                    

Di tempat lain, tampak seorang pria tampan yang sedang sibuk dengan laptopnya. Sudah menunjukkan pukul 00.30 tapi pria tersebut masih sibuk dengan laptop di hadapannya. Waktu terus berputar hingga menunjukkan pukul 02.25 tapi pria tersebut masih terlihat sibuk dengan laptop yang ada di hadapannya. Pukul 02.55 pria tersebut terlihat beranjak dari tempat duduknya dan membaringkan dirinya di tempat tidurnya dan mulai terlelap dikarenakan kelelahan yang mendera tubuhnya, ia sudah seharian penuh bekerja di kantor dan ditambah lagi ia harus lembur memeriksa dokumen perusahan yang belum ia periksa di kantor hari itu.

Pukul 08.00 pria tampan tersebut sudah nampak siap untuk berangkat ke kantor tempat ia menjalankan perusahan. Yah dia adalah Arkan Basuki Purnama, pria tampan dengan kekayaan yang sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Arkan masuk dari kategori 10 pria tampan dan kaya di kota tersebut. Tidak menjadi pertanyaan lagi dari mana kekayaan itu ia dapatkan karena itu sudah pasti karena Arkan berasal dari kelurga purnama yang sudah dikenal dengan kekayaannya di kota tersebut. Arkan adalah anak tertua dari pasangan Basuki Purnama dan Maia Purnama, ia memiliki 2 orang saudara yang bernama Aryan Basuki Purnama & Alin Basuki Purnama yang merupakan adik-adik dari Arkan.

Di meja makan nampak telah ada mamanya dana Aryan sedangkan papanya sedang membangunkan adik kecilnya yang merengek minta di gendong oleh papanya. Arkan duduk di kursi yang biasa ia tempati. “mau kemana Kan? Pagi-pagi begini sudah rapi sekali” tanya mamanya setelah melihat anaknya yang rapi dengan stelan jasnya. “mau ke kantor Ma, ada urusan penting jadi harus berangkat pagi-pagi” jawab Arkan. “tuh Yan contoh kakak kamu rajin kerjanya” ucao mamanya pada Aryan. “Mama sih ngga tahu, Arkan itu memnag gila kerja. Sekarang masih jam 08.15 dan jam kantor tuh jam 09.00 Ma” jawab Aryan sambil meledek saudara laki-lakinya yang hanya beda 2 tahun.

Tak lama terdengar suara Alin yang merengek tidak mau berangkat ke sekolah hari itu sambil di gendong oleh papanya. “nih Alin kenapa lagi pa?” tanya Aryan. “biasa Yan, Alin mau bolos sekolah lagi. Katanya sekolah ngga seru karena ngga teman mainnya” jawab papanya sambil duduk di kursinya. “Mau kakak temenin ke sekolah?” tanya Aryan pada adiknya yang masih berusia 6 tahun itu. “ngga mau ah, mending kak Aryan kerja aja tuh contohin kak Arkan” jawab Alin judes karena ia sudah tahu bahwa kakaknya sedang mengodanya. "sudah-sudah, ayo makan dulu kakak kamu mau ke kantor tuh nungguin Alin lama sekali baru turun untuk sarapan” ucap mamanya menengahi pembicaraan di antara kedua anaknya itu.

Arkan hanya memperhatikan tingkah laku adik-adiknya itu, ia tidak turut dalam perbimcangan pada pagi itu di meja makan. Setelah selesai makan ia berangkat ke perusahannya. Di jalan menuju perusahannya mobil yang ia kendarai berhenti di karena lampu merah yang menandakan mobil harus berhenti dan pejalan kaki dapat menyebrang jalan. Di penyebrangan jalan nampak seorang nenek yang sudah tua renta akan menyebrang jalan tapi enggan di bantu oleh pejalan kaki lainnya untuk menyebrang jalan. Dari dalam mobilnya Arkan melihat seorang wanita yang memakai jilbab berjalan lambat di samping nenek tersebut, nampak bahwa wanita tersebut sedang membantu nenek itu meyebrang jalan.

Tanpa sadar Arkan tersenyum tipis melihat pemandangan tadi, ia merasa ada yang spesial dengan wanita yang memakai jilbab berwarna biru navy tersebut. Sesampainya di kantor Arkan lantas meminta sekretarisnya untuk menyiapkan berkas untuk rapat pagi itu di perusahaannya. Setelah rapat Arkan kembali ke ruangannya untuk beristirahat sebentar setelah rapat tadi. Yah Arkan adalah pemilik dari salah satu perusahaan ternama yang ada di kota tersebut, namanya tidak masuk begitu saja dalam barisan orang kaya tampan dan berpengaruh di kota tersebut. Arkan dikenal sebagai orang yang jenius dalam dunia bisnis dan tentu saja karena ia juga berasal dari keluarga Purnama.

Pada saat memejamkan mata di kursi kebesarannya gambar yang terlintas pertama kali dalam pikirannya adalah gambaran dimana nampak gabis berjilbab biru navy yang sedang membantu nenek menyebrang jalan. Tanpa sadar senyum yang cukup menawan tergambar di sudut bibirnya. Bagus yang melihat Arkan yang sedang senyum-senyum di kursi kebesarannya nampak aneh bagi Bagus yang sudah mengenal Arkan sejak lama. “kenapa ni anak, kerasukan setan apaan yah? Pagi-pagi gini udah senyum-senyum gitu lagi, nyeremin banget! Biasa kalau senyum-senyum gitu ada yang akan di pecat. Mampus gue” Ucap Bagus pada dirinya sendiri karena melihat sahabatnya yang aneh pagi itu.

“Gus...” panggil Arkan. Bagus yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan panggilan tersebut. “Bagus Andika anda mau saya pecat!” ucap Arkan dengan suara lantang karena panggilan awalnya tidak mendapat respon dari sahabatnya. “tuh kan, udah gue tebak nih pasti akan ada yang di pecat pagi ini dan ternyata itu gue lagi. Dasar lo Kan, gue salah apa coba? Cuman gara-gara gue ijin kemarin jadi lo pecat gue gitu” Bagus yang masih tidk sadar dengan situasi di ruangan tersebut. Arkan yang mendengar ucapan sahabatnya nampak bingung karena yang ia ucapkan tadi hanya gertakan saja karena panggilan awalnya tidak mendapat respon.

***

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, Bab 3 Queen of My Heart udah publis nih readers kalau ceritanya belum gereget harap bersabar yah karena ini baru bab 3, hehehe. Author mohon saran-saran dari para readers untuk cerita ini soalnya author masih dalam tahap belajar ☺

Ohiya, jangan lupa meninggalkan jejak yah readers berupa vote dan comment. Karena vote dan comment dari kalian sangat membantu dan memotivasi author.

selamat membaca...
semoga bermanfaat...

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Queen of My Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang