BAB 38

42 5 0
                                    

Arkan keluar dari ruang istirahat lalu terdengar isak tangis dari Hana yang sedari tadi ia tahan karena suaminya masih berada di dekatnya, Hana enggan menagis pada saat suaminya masih berada di dekatnya karena ia tahu bahwa wanita tadi adalah teman masa kecil suaminya setelah mendapat penjelasan dari suaminya tadi. Tapi masih tidak rela dengan apa yang dilakukan dan diucapkan oleh teman masa kecil suaminya itu tapi dilain sisi ia menahan tangisnya dari tadi agar tidak membuat suaminya merasa bersalah padanya. suara isak tangis Hana terdengar sampai keluar ruang istirahat walaupun sebenarnya Hana sudah menahan agar suara tangisnya tidak terdengar sampai keluar apalagi didengar oleh suaminya.

Sekeras apapun Hana menahan isak tanggisnya agar tidak terdengar oleh suaminya tapi Arkan yang berdiri di ambang pintu masih bisa mendengar isak tangis dari isterinya walaupun hanya terdengar samar-samar tapi tahu bahwa isterinya sedang menagis karena dirinya. Arkan hendak masuk menenangkan isteri kecilnya tapi langkahnya terhenti karena ia tahu bahwa ternyata sedari tadi isterinya itu menahan tangis agar tidak menangis di hadapannya. Arkan yang menunggu di ambang pintu merasa gagal membahagiakan isteri yang sangat ia cintai bahkan isteri yang sangat ia cintai itu menagis sesegukan karena dirinya, tapi ia masih menunggu di ambang pintu sampai tangis isteri kecilnya mereda.

Setelah merasa bahwa tangis isterinya mereda ia kemudian masuk ke ruang istirahat untuk memanggil isterinya makan karena sudah lewat jam makan siang. Saat masuk Arkan mendapati isterinya yang sedang tertidur nyeyak dengan mata yang sembab diakrenakan menangis untuk waktu yang cukup lama, ia kemudian memutuskan untuk berbaring disamping isterinya sambil memeluk isterinya yang sedang tertidur pulas. Hana yang merasa sedang dipeluk oleh seseorang kemudian membalikkan badan dan mendapati suaminya yang sedang tertidur pulas disampingnya sambil memeluk erat dirinya, Hana kemudian memperhatikan lekat-lekat wajah tampan suaminya itu.

“Masyaa Allah, sungguh indah ciptaanmu yaa Allah” ucap Hana yang masih menatap wajah suaminya yang sedang tertidur itu. ia kemudian melirik ke arah jam yang ada di ruanag istirahat tersebut yang sudah menunjukkan pukul 13 lewat 15 menit, Hana kemudian bangun dari posisi tidurnya lalu beranjak melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Sementara Arkan yang masih setengah tertidur mencari keberadaan isterinya yang sudah tidak berada di tempat tidurnya, ia kemudian mengalihkan pandangan keseluruh penjuru ruang istirahat dan mendapati isterinya sedang melaksanakan shalat karena melihat isteri yang sedang shalat.

Arkan kemudian bangun dari posisi tidurnya lalu beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil wuduh lalu melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Saat keluar dari kamar mandi Arkan tidak mendapati isterinya tapi ia yakin bahwa isterinya masih ada di dalam ruangannya karena ia tahu bahwa isterinya tidak akan berani pergi kemanapun tanpa izin darinya. Arkan kemudian melaksanakan shalat karena ia sudah terlambat melaksanakannya, setelah selesai melaksanakan shalat Arkan kemudian keluar dari ruang istirahat dan mendapati isteri yang sedang duduk di sofa ruangannya menunggu dirinya untuk makan siang.

Arkan kemudian duduk tepat disebelah isterinya tapi Hana masih diam seribu bahasa kepada suaminya. Hana kemudian mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk suaminya setelah itu meletakkan makanan di hadapan suaminya tanpa berkata apapun, Arkan yang melihat tingkah Hana hanya tersenyum ke arah isterinya itu sambil berkata “terimakasih sayangnya Mas” sementara Hana masih saja diam tidak menaggapi perkataan suaminya karena moodnya yang belum stabil. Setelah selesai makan Hana membereskan piring yang mereka gunakan untuk makan lalu hendak beranjak mengangkat piring-piring tersebut tapi cepat-cepat ditahan oleh Arkan.

“piringnya disimpan disini saja nanti OB yang ambil sayang” ucap Arkan, Hana yang mendengar perkataan suaminya lalu meletakkan kembali piring-piring tersebut di atas meja lalu duduk kembali ke sofa menunggu suaminya menyelesaikan perkerjaannya. Arkan yang tidak tahan dengan tingkah Hana yang mendiami dirinya merasa frustasi, “sayang kita pergi ke suatu tempat yuk” ucap Arkan, “memang pekerjaannya udah selesai?” jawab Hana dengan nada yang jutek dan tidak menggunakan embel-embel ‘Mas’ menjawab perkataan Arkan, “sayangnya Mas boleh marah kok tapi tetap panggil Mas yah” ucap Arkan dengan nada yang lembut pada isterinya sementara Hana hanya diam tidak menaggapi perkataan suaminya.

“ya udah ngga apa-apa, sekarang kita pergi yah sayang” ucap Arkan lagi mengajak isterinya ke suatu tempat yang diangguki oleh Hana. “tapi sebelum berangkat panggil Mas dulu yah sayang” ucap Arkan yang meminta agar isterinya kembali memanggil dirinya dengan sebutan ‘Mas’ sementara Hana hanya menatap suaminya, karena merasa diabaikan oleh isterinya Arkan kemudian mengecup kening isterinya lalu berkata “ini udah cukup, panggil Mas boleh nanti aja” ucap Arkan dengan nada lebut. Sebelum pergi Arkan menitipkan pekerjaannya kepada Bagus yang merupakan sekretarisnya dan sekaligus meminta Bagus untuk menyiapkan tempat yang hendak ia datangi bersama isterinya.

“Wah parah lo bro, pekerjaan segini banyak lo kasih ke gue?!” ucap Bagus pada Arkan, “jadi lo ngga mau ngerjain ini?” tanya Arkan. “wahh, wahh kan gue cuma nanya aja bro, santai dong” jawab Bagus, “oke, kalau ada apa-apa bicarain besok aja hari ini gue ada urusan penting dan ngga mau diganggu oleh siapapun termasuk lo” ucap Arkan memperingati Bagus yang suka meminta dirinya tiba-tiba datang ke perusahaan karena urusan pekerjaan. “oke, oke” ucap Bagus sambil mengangkat kedua tangannya. “yaudah bro, gue duluan thanks yah” ucap Arkan lagi lalu berlari kecil meninggalkan ruangannya karena isterinya sudah menunggu di parkiran, sementara Bagus hanya pasrah dengan pekerjaan yang ia dapatkan.

“maaf yah sayang lama” ucap Arkan saat memasuki mobilnya, kali ini mereka tidak diantar oleh supir pribadi karena Arkan akan pergi berdua saja dengan isterinya. “emm, yau dah ayuk berangkat” ucap Hana yang masih tidak menggunakan embel-embel ‘Mas’. Arkan hanya pasrah mendengar perkataan isterinya yang masih tidak mau memanggil dirinya dengan sebutan ‘Mas’ tapi disamping itu ia juga merasa bahwa tingkah isterinya semakin hari semakin aneh tidak seperti dengan hari-hari biasanya. Sekitar 45 menit mereka berkendara akhirnya mereka sampai di sebuah taman bermain, “ayo turun sayang” ucap Arkan pada isterinya lalu mereka berdua turun dari mobil.

***

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, Bab 38 Queen of My Heart udah publis nih readers. Aduh aduh,,, Hana kok nagisnya sampai pilu gitu yah? readers pernah ngga ngerasa pengen nangis tapi ngga mau orang lain denger apalagi sampai tahu kalau lagi nangis? Pernah ngga udah coba tahan untuk ngga nangis tapi tetap aja itu susah dan setelah tertidur lelap karena kelelahan akibat menangis?

Kalau perasaan sedang kacau atau lagi ngga tenang dan sebagainya, sesegera mungkin beristigfar dan ambil air wudhu lalu berdoa kepada Sang Pencipta untuk diberi ketenangan hati yah. Yakin bahwa apa yang terjadi pasti ada hikmahnya dan tetap berprasangka baik tentunya, Semangat 🤗

Emmm kalau begitu tetap ikuti cerita ini yah readers karena tentu saja ceritanya akan makin seru menurut author yah. Author mohon saran-saran dari para readers untuk cerita ini soalnya author masih dalam tahap belajar dan jangan lupa meninggalkan jejak yah readers berupa vote dan comment karena vote dan comment dari kalian sangat membantu dan memotivasi author. 😉

selamat membaca...
semoga bermanfaat...

Queen of My Heart [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang