Raihana adalah gadis cantik berhijab, biasa dipanggil dengan sebutan Hana dengan orang-orang disekitarnya. Hana adalah anak yatim piatu, kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil pada saat dalam perjalanan menuju rumah neneknya. Dalam kecelakaan tersebut hanya Hana yang selamat sedangkan kedua orang tuannya meninggal dalam kecelakaan tersebut. Setelah kecelakaan tersebut Hana tinggal bersama neneknya di desa dan melanjutkan pendidikannya di desa sampai Hana menyelesaikan pendidikannya di desa tersebut. Kehidupan Hana dan neneknya tidak begitu baik dikarena nenek Hana sering sakit-sakitan dan butuh banyak biaya.
Kehidupan Hana dan neneknya yang jauh dari kata cukup membuat Hana harus banting tulang mencari biaya hidup dan biaya untuk berobat neneknya. Pada awal tinggal di desa dengan neneknya Hana tidak perlu untuk banting tulang mencari biaya hidup dikarenakan orang tua Hana masih meninggalkan biaya hidup untuk Hana sampai Hana lulus sekolah menengah atas, tetapi tidak ada yang mengetahiui apa yang akan terjadi di hari kemudian, yah uang peninggalan orang tuanya harus digunakan untuk biaya berobat neneknya. Nenek Hana yang sudah tua renta dan sakit-sakitan membutuhkan biaya berobat yang cukup mahal.
Hana tak menjadikan beban biaya berobat neneknya karena dia tahu bahwa neneknya sangat menyanyanginya dan sudah ikhlas merawatnya dari kecil. Nenek Hana memberikan Hana harapan untuk tetap bertahan di dalam kehidupan walaupun apa yang diinginkan tidak sesuai dengan yang terjadi. Nenek Hana selalu menasehatkan bahwa “apa yang kamu sukai bisa saja tidak baik untuk mu tetapi apa yang tidak kamu sukai mungkin saja itu baik untukmu” sama halnya yang dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah: 216. Hana selalu teringat dengan nasihat neneknya dan berusaha untuk selalu ceria dalam menjalani hari-harinya walaupun sulit.
Hana menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupannya dengan ceria dan selalu bersyukur, tapi tidak ada yang dapat merubah takdir neneknya dipanggil kembali oleh Sang Pencipta. Hari dimana neneknya kembali ke Sang Pencipta, ia merasa bahwa dunia seakan tidak berpihak pada dirinya dan mengambil semua apa yang ia miliki. Hana merasa tidak bisa menjalani kehidupannya lagi setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya dalam kecelakaan mobil kini neneknya yang sangat ia sayangi meninggalkan dirinya sendiri di dunia ini. Deraian air mata tidak berhenti dari pelupuk mata cantiknya, jatuh berlinan membasahi pipinya yang kemerah-merahan.
Wajah cantiknya tampak cupat pasih karena lamanya menangisi neneknya yang sebentar lagi akan diantar ke peristirahatan terakhir. Hana mengetahui bahwa neneknya telah menghadap Sang Pencipta dari tetangganya pada saat ia sedang melakukan pekerjaan di salah salah toko tempat ia berkerja selama ini untuk mengcukupi kebutuhan hidupnya. Karena setelah lulus sekolah menegah atas ia memilih untuk langsung mencari pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan biaya berobat neneknya. Ia berusaha tegar dan ikhlas mengantar neneknya ke peristirahatan terakhir, ia selalu teringat dengan nasehat neneknya kepada dirinya.
Hana mulai menguatkan dirinya dengan mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa ia mampu. “Hana kamu mampu, kamu bisa, kamu kuat, ikhlaskan nenek agar nenek bisa tenang di alam sana, Allah tahu yang baik untukmu” Hana membatin menguatkan dirinya. Tapi bagaimana pun ia berusaha kuat, ikhlas tapi dirinya tetap tidak bisa melakukan hal tersebut. Hana merasa itu benar benar cobaan tersebar dalam hidupnya setelah kehilangan orang tuanya. Hana telah bertekad lulus sekolah ia akan ke kota untuk mencari pekerjaan dan membawa neneknya berobat di kota tapi takdir berkehendak lain.
Selesai pemakaman neneknya, Hana dan beserta orang-orang yang mengantarkan neneknya ke peristirahatan terakhirnya kembali ke kediaman masing-masing. Banyak tetangga yang memberikan uacapan berduka cita atas meninggalnya neneknya dan banyak pula yang berusaha menguatkan Hana. Begitupula dengan Gibran yang merupakan teman Hana berusaha untuk menyemangati Hana. “yang sabar na, ini sudah jadi ketetapan Sang Pencipta dan setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. ikhlas nenekmu agar bisa tenang dan kamu juga jangan terlalu lama berduka, kamu harus bangkit secepatnya.” Ucap Gibran. “Aku akan selalu menemanimu na” sambung Gibran dalam hatinya.
Hana hanya menganguki ucapan Gibran karena pada saat itu ia tidak mau bicara dengan siapapun, ia butuh waktu untuk sendiri. Setelah Gibran melihat respon dari Hana, ia memilih untuk kembali ke rumahnya karena ia paham Hana butuh waktu sendiri “kalau begitu aku pamit pulang dulu jika ada apa-apa langsung hubungi aku saja, assalamualaikum” Ucap Gibran berpamitan. “waalaikumuslam...” jawab Hana. Setelah Gibran meninggalkan rumah nenek Hana, Hana pun masuk ke dalam rumah sederhana tersebut. Hana mulai memandangi setiap sudut dari rumah tersebut yang menampakkan gambaran ia dan neneknya.
***
Bismillahirrahmanirrahim...
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, Bab 1 udah publis Nih. Jangan lupa dibaca ya readers dan jangan lupa meninggalkan jejak berupa vote dan comment karena vote dan comment dari kalian semua sangat membantu dan memotivasi author.
Ohiya nih, jangan lupa follow author di instagram @Soniyha1304 dan tentunya boleh tanya-tanga ke author via DM. 😉
Semoga bermanfaat...
Selamat Membaca...Wassalaikumusalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen of My Heart [END]
Roman d'amourKisah dua insan yang dipertemukan oleh takdir. Kisah dua insan yang sangat berbeda dari segala sisi yang akhirnya bersatu dalam satu ikatan halal. Saling mencintai, menyanyangi, melindungi, berjuang dan bertahan karena-Nya. . . . Mau tahu lebih lanj...