14. Kelabu

9.8K 1.8K 208
                                    

Empat adik Axel berbaris di pinggir meja makan. Mereka bersiap memperkenalkan diri kepada Mai. Empat anak ini selalu sopan kepada tamu, dan mendadak berubah manis, tidak ada yang bertingkah.

Anak perempuan tertua, usia sepuluh tahun, dan bertubuh yang paling tinggi, berkata, "Namaku Anna, Kak."

"Aku Arra! Umurku delapan tahun," sambung anak tertua kedua yang berbadan lebih gemuk, usia delapan tahun.

Saudari lain, berusia tujuh tahun, anak cantik yang rambutnya selalu dikunci dua, ikut memperkenalkan diri, "aku Ammy."

"Avvi!" Anak perempuan berusia enam tahun tampak mengangkat tangan. Dia menghitung jarinya, lalu mengatakan lagi, "aku enam tahun."

"Kalian manis banget." Mai senang melihat mereka semua. Dia menoleh pada Axel yang masih menggendong adiknya sambil sibuk di atas meja dapur. "Axel, adik bayimu namanya bukan Atta 'kan?"

Axel meralat, "Avva."

"Avva~" Adik bayi itu ikut melafalkan namanya dengan jelas. Dia memang sudah bisa berbicara beberapa kosa kata lumayan lancar.

"Oh cantik-cantik namanya, lucu loh."

Anna bertanya, "Kakak namanya siapa?"

"Mai."

Anak-anak itu mulai memperhatikan dan mengendus tubuh Mai. Mereka tidak terlalu dekat dengan manusia, jadi terus melontarkan pertanyaan aneh,"Kakak punya ekor?" "Kakak suka makan apa?" "Tidurnya berapa lama?"

"Kakak gak punya ekor, makanan favorit kakak itu coklat, terus tidurnya kakak ya waktu malam."

"Oh." Avvi baru tahu kalau manusia biasa tidak punya ekor. Dia selalu penasaran di balik celana dan rok para manusia, apakah tersembunyi ekor?

"Kakak Mai pasangan Kakak Axel, ya? Rasanya bagaimana?" tanya Anna tersenyum menggoda.

Mai bingung. "Pasangan?"

"Jangan bicara yang bukan-bukan." Axel langsung balik badan sembari menatap keempat adiknya bergantian. "Kalian sudah makan, jadi main saja sana, tapi jangan merusak apa-apa."

"Tapi 'kan ..."

"Main."

Tidak ada yang berani membantah.

Axel terlihat menurunkan bayi itu di atas lantai. Kemudian, dia berkata kembali, "kamu juga main dulu."

Adik bayi itu perlahan merangkak, lalu duduk diam di atas karpet dekat kaki meja makan. Keempat saudarinya mulai mengajaknya bermain keluar.

"Adik bayi kamu, kamu biarin main sendirian?" Mai khawatir melihat lima saudari cilik itu berlarian di rumah. "Dia masih bayi."

Axel beralasan, "dia sudah kuat, bisa mendesis."

"Apa hubungannya sama mendesis? Dia masih bayi, kalau keluar rumah bagaimana?"

"Aku hanya waspada jika ada serigala kelompok lain mendekat."

"Oh iya? Apa yang terjadi?"

KELABU (Werewolf Story) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang