“Besok 'kan udah mulai libur sekolahnya, jadi Papa ngebolehin kamu juga tinggal di rumah sementara. Papa mau ngobrol-ngobrol sama kamu juga.” Mai membuka pembicaraan.
Axel masih menikmati jus stroberinya sembari memikirkan perkataan Mai. Untuk beberapa saat, dia menghiraukan suasana kantin yang sedang ramai ini, dan fokus melihat gelas jus dan mejanya
Sekarang kegiatannya ketika istirahat berlangsung adalah bersama Mai. Dia seperti tidak ingin gadis itu terlalu sering berkeliaran dengan Arvin.
“Aku gak bakalan ngapa-ngapain,” ucap Axel berhenti minum, dan menatap kekasihnya yang duduk di seberang meja.
“Kamu kira aku ngarep kamu ngapa-ngapain?”
Axel teringat kejadian di rumahnya kemarin. Mai duduk di pangkuannya hanya dalam hitungan detik, tapi dia ingin menyingkir sejauh kiloan meter. Untuk menepis ingatan itu, dia mengalihkan pembicaraan, “Mai ... aku mau ngomong.”
“Iya ngomong aja, dari tadi kita 'kan ngomong gak telepati.”
“Aku punya HP.” Axel mengeluarkan ponsel yang masih dalam keadaan mati dari saku celananya. Dia menaruhnya di atas meja begitu saja. “Kita 'kan gak bisa mind link, jadi pake ini.”
Mai sumringah melihat Axel punya ponsel. Kebahagiaan itu berubah menjadi dengki setelah tahu ternyata ponsel itu merek apel tergigit.
“Bercanda kan ini?” Dia menyalakan ponsel itu, dan kemudian tersadar ponsel itu memang edisi terbaru yang sebenarnya masih belum meluas penjualannya.
“Kenapa?”
“Gak apa-apa, tapi kayaknya kita harus tukaran Hp.”
“Buat apa?”
“Di tradisi manusia biasa, kalo pacaran itu wajib bertukar ponsel dengan pasangan. Jadi nanti kamu ambil HP-ku, ini jadi milikku.” Mai memang hanya berniat menguasai ponsel Axel saja.
“Kamu kira aku ini tolol, ya?” Axel sudah tahu maksud dari ide licik Mai.
Mai cemberut karena gagal membodohi Axel. Dia sepertinya serius ingin menipu kekasih sendiri.
“Kamu kasih nomer kamu, nanti kita bisa ngobrol disitu.”
Mai memasukkan nomor ponselnya ke dalam ponsel Axel. Dari tatapan matanya, dia sangat ingin memiliki benda itu. Tapi, demi menjaga gengsi, dia menyerahkannya dengan segera pada Axel. “Nih. Udah.”
Axel tersenyum sedikit. Dia sengaja memotret wajah cemberut Mai, lalu menjadikan itu layar depan ponselnya. Setelah itu, ditunjukkanlah kepada sang kekasih.
“Kamu motret aku?” Mai kaget melihat ekpresi jeleknya malah dijadikan layar depan. “Mana pas jelek, hapus gak?”
“Tumben sadar.” Axel menggumam sendiri sambil melihat potret Mai di ponselnya. “Gak terlalu jelek, bagus kok ... hapenya. Mahal juga.”
“Dibeliin orang tua aja sombong.”
Axel menahan tawa. “Aku gak minta, ini hadiah, maklum, aku serigala, tapi punya pasangan keturunan kera, gak bisa diajak mind link.”
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU (Werewolf Story) [END]
أدب المراهقينSejak kembali ke sekolah, kehadiran murid baru, Axel, selalu mengundang perhatian Mai. Gadis itu sering memperhatikannya dimanapun, kelas, kantin, halaman, dan lainnya. Axel sangat misterius. Dia selalu menghindari Mai sejak tahu gadis itu berbau ma...