“Mai, kita pergi saja.”
“Kemana?”
“Ruang tengah, disini makin kacau.”
“Iya sudah kalian pergi kesana dahulu, Ibu akan membuatkan makan siang untuk Mai nanti.”
Mai ikut berdiri, kemudian mengikuti Axel berjalan ke ruang tengah.
***
Mai duduk di sofa panjang ruang tengah. Tidak ada televisi atau elektronik apapun di depan sofa itu, hanya ada tembok dan hiasan seperti potret keluarga dan kerajinan lain.
Axel menyajikan sepiring camilan kue coklat buatan ibunya di atas meja. Kemudian, dia duduk di kursi lain.
“Kamu gak pernah nonton TV, ya?” tanya Mai tidak tahan dengan keheningan yang terjadi karena tidak ada apapun.
“Gak.” Axel kelihatan santai sampai-sampai menyandarkan kepala serta mengangkat kaki di atas lengan sofa tersebut. Dia juga mengambil kue-kue kering yang seharusnya untuk Mai, lalu dimakan.
“Gak bosen gitu?”
“Gak.”
“Gak pernah ke bioskop?”
“Gak.”
“Mall?”
“Gak?”
“Aku tahu kamu itu Werewolf, tapi ya kali kamu cuma main di hutan? Yang bener aja lah, betah banget?”
“Adikku banyak, waktu main gak banyak. Siapa yang nyiapin makan siang, nyuapi makan, bersihin popok, terus bersihin rumah? Orangtuaku sibuk bekerja sebelum kami kemari.”
“Tapi kamu punya temen 'kan?” Mendadak mimik muka Mai menjadi kasihan.
Dia tidak tega membayangkan kekasihnya itu hanya memakai celemek dan berkecimpung di dunia popok sepanjang hari.
Axel bisa menebak kalau dikasihani. Dia benci saat Mai memikirkan kalau dirinya ini sangat kuno, primitif dan bodoh. “Aku tahu kamu itu cewek kota, tapi jangan mikir aku gak tahu apa-apa. Aku punya teman, dan aku tahu apa itu bioskop!”
“Tahu caranya beli tiket bioskop gak? Malu juga kalo nge-date sama orang hutan, sok-sokan mau beli tiket, tapi tolah-toleh mulu kayak kipas angin,” Mai menggoda kekasihnya itu.
Kali ini Axel ogah terpancing emosi. Dia hanya menjawab, “yang ada aku yang malu, nge-date kok sama Sigung.”
“Kamu bilang bauku seperti roti apalah itu, manis kan, enak aja bilang aku sigung.”
“Roti gosong. Baumu menyengat kayak bau gosong.”
“Aku pacarmu, loh, jangan lupa.”
“Kamu yang mulai.”
“Kita ini mirip magnet sama kutub, tolak menolak. Kita mungkin bukan jodoh, Axel. Jodohku mungkin ... Masih ada di luar negeri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU (Werewolf Story) [END]
Genç KurguSejak kembali ke sekolah, kehadiran murid baru, Axel, selalu mengundang perhatian Mai. Gadis itu sering memperhatikannya dimanapun, kelas, kantin, halaman, dan lainnya. Axel sangat misterius. Dia selalu menghindari Mai sejak tahu gadis itu berbau ma...