11. Berita

10.1K 1.8K 115
                                    

“Jangan ngambek dong.” Mai menggoda Axel tanpa malu-malu.

Sejak laki-laki itu masuk ke kamarnya waktu itu, dia merasa semakin dekat dengannya. Ketika kening mereka berbenturan rasanya ada sensasi cinta membuncah dari dada.

Cinta pertama. Mai tak pernah suka sampai seperti ini pada orang lain. Ini adalah perasaan pertama yang dia miliki untuk lawan jenisnya. Dia tidak peduli sekalipun sifat Axel cenderung membosankan dan sangat kaku.

Axel berpindah tempat duduk di sofa lain agar berjauhan dengan Mai. Dia benar-benar grogi dan bingung sendiri.

Apalagi, ketika ibu Mai menyajikan camilan berupa kue-kue kering seperti nastar ke atas meja. Jiwanya seakan berteriak, ingin sekali ada orang lain yang menculiknya, lalu pergi dari rumah ini.

“Anggap aja rumah sendiri, Axel,” ucap Mama dengan suara lembut.

Sesekali dia memandangi anaknya sembari menunjukkan senyuman jahil. Sebagai seorang ibu, dia tahu betul kalau sang putri sedang kasmaran.

“Iya,” sahut Axel lirih.

“Kalian mau belajar apa ini?”

“Belajar matematika, Ma.” Mai lancar sekali berbohong. Dia mencari pembenaran dengan menoleh pada Axel. “Iya ‘kan?”

“Enggak, belajar apa?” Axel menggeleng. Dia tidak mau berbohong pada calon mertua.

Mai melototinya. “Iya.”

“Enggak.”

“Iya!”

“Gak.”

“Intinya banyaklah, Ma, pokoknya belajar. Axel ini murid baru, dia juga nilainya jelek, jadi Mai mau bantuin belajar gitu,” kata Mai menyeringai pada Axel. “Biar gak tertinggal sama teman yang lain.”

Mama terlihat menahan tawa, lalu berkata, “iya sudah, kalian tunggu aja dulu, Mama siapin makan siang.”

“Oke, Ma.”

Selepas Mama pergi, situasi ruang tengah menjadi cukup sunyi, hanya suara televisi yang menyala. Mai sengaja menambah volume agar suara obrolan mereka menjadi samar nantinya.

Axel menengok ke televisi itu. “Kamu bilang mau belajar, kok nyalain televisi?”

“Biar gak ada yang kepo aja, sih, Papa suka nguping.” Mai menoleh ke berbagai arah, tapi dia tenang karena orangtuanya terlihat tidak menguping.

Dia pindah tempat duduk agar lebih dekat dengan Axel, “Kita ‘kan mau bicara penting.”

“Kamu mau ngomongin itu lagi?”

“Teman sekolah kita diculik. Kota juga lagi tegang, Papaku polisi, ya walaupun gak bagian ngurus kriminalitas, tapi Papa paham kalau situasi kota lagi tegang.”

“Intinya ada kelompok serigala lain yang sedang mengincar mangsa, mereka berasal dari kota yang sama denganku, beberapa bulan yang lalu, mereka sempat membunuh beberapa anggota kawananku, jadi Alfa menjadi marah. Aku dan beberapa orang menyelidikinya, aku masuk ke sekolah untuk sekedar mencari informasi.”

KELABU (Werewolf Story) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang