Beberapa bulan kemudian ....
°
°"Siapa yang mecahin pot!"
Deretan para adik seperti ingin melarikan diri. Mereka berbaris di hadapan sang kakak dengan wajah kompak menunduk. Sebagian ada yang takut sampai telinga serigalanya keluar.
Axel menghela napas panjang. Dia sudah tahu ini akan terjadi jika adik-adiknya berkunjung tanpa orangtua mereka.
Ia mengendus pecahan pot yang ada di tangannya. Dari aromanya, dia sudah tahu siapa yang terakhir menyentuh benda tersebut. Ia menoleh ke Avvi, adiknya yang kini berusia tujuh tahun. "Ini kamu 'kan, Avvi?"
"Bukan," dusta Avvi berpaling wajah. Anak serigala ini sangat polos, jadi kelihatan jelas saat berbohong.
"Kan kakak udah bilang, jangan main-main di teras."
"Tadi ada kucing, takut."
"Kamu jangan takut kucing, kamu 'kan anak serigala, yang jantan dong, kayak kakak!"
"Tapi Avvi kan perempuan."
"Yang betina kalo gitu ..."
Belum sempat adiknya jawab, Mai terlihat keluar dari rumah, menuju ke teras dimana mereka semua berkumpul.
Dia sedang menggendong bayi laki-laki yang tampak sudah bisa memegang dot minum sendiri.
"Kalian ini ramai sekali, sih, ini Acun gak bisa tidur kan jadinya ..." Suara Mai lemas, seperti ibu yang sudah lelah akibat mengurus lima anak kembar.
Bayi laki-laki di gendongan Mai kelihatan memang mengantuk. Dia adalah Axton, adik laki-laki Axel yang lahir sebulan silam.
Total ada enam adik yang harus diasuh Axel Minggu ini. Iya, hanya dia yang bisa mengurus karena kakaknya, Jaxen, sudah bekerja.
"Untung aja Atta udah tidur ... Eh, Sorry, Avva maksudnya ..." Mai kelihatan linglung, nama-nama anak perempuan disini hampir mirip.
Axel melihatnya. "Sini aku gendong."
Mai menyerahkan Baby Axton kepada Axel. Kemudian, dia melihat kondisi teras yang berantakan seperti bekas perkelahian kucing. Pot-pot pecah, tanah berhamburan di lantai.
Axel mengatakan kepada para adik, "kalian boleh main lagi, tapi bersihkan pecahan potnya, paham?"
Semua adik mengangguk.
Axel membawa Baby Axton kembali masuk ke dalam rumaa, tepatnya menuju ke ruangan bayi. Mai mengikuti di belakangnya.
"Aku baru tahu kalau manusia serigala itu hamilnya cepet, tahu-tahu udah melahirkan aja Mama kamu, hebat ya," ucap Mai terdengar kagum.
"Iya gitu." Axel menidurkan baby Axton di keranjang bayi yang bersebelahan dengan keranjang milik Avva.
Axel dan Mai sudah seperti orang tua. Tindakan Axel dalam mengasuh semua adiknya membuat Mai makin bangga.
Dia mengurus bayi seharian saja sudah ingin menyerah, bagaimana dengan Axel yang hampir setiap hari mengurus Avva, lalu sekarang ditambah Axton?
"Oh iya, aku kepo, orangtua kamu itu nikah umur berapa sih? Mereka sekarang umur berapa?" tanya Mai begitu mereka keluar dari kamar bayi.
"Ibuku seratusan."
"Itu serius seratus tahun? Mama kamu kayak tiga puluh tahunan."
"Biasanya manusia serigala menikah di usia seratusan."
"Eh ... Tapi, kamu nanti gak bakalan nunggu aku seratus tahun dulu kan baru kamu nikahin?"
"Nunggu seratus tahun, ya enggaklah, yang ada kamu jadi fosil duluan. Kita ini beda, jadi udah jelas kita harus upacara mate dulu agar penuaan kamu lambat."
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU (Werewolf Story) [END]
Teen FictionSejak kembali ke sekolah, kehadiran murid baru, Axel, selalu mengundang perhatian Mai. Gadis itu sering memperhatikannya dimanapun, kelas, kantin, halaman, dan lainnya. Axel sangat misterius. Dia selalu menghindari Mai sejak tahu gadis itu berbau ma...