Di rumah Axel, semuanya tidak terjadi masalah serius. Ibu serigala melindungi semua orang dari gangguan musuh. Walau banyak yang meremehkan dia, tetapi faktanya saat ini di halaman belakang rumah ada tiga pria yang terikat tali bertabur perak.
Mereka bertiga adalah manusia serigala yang diminta untuk menghabisi keluarga Axel, yang merupakan keluarga dari Beta kelompok lain.
Tetapi, tidak ada yang mengira kalau Ibu serigala terlalu kuat. Perut sedang hamil pun, tenaganya tenaganya tetap kuat. Bagaimana pun, usianya juga lebih dari seratus tahun, jadi pengalaman bertarung sudah banyak.
"Ayo, ayo kuenya sudah matang ..." Ibu serigala menyajikan sepiring kue kering yang baru saja keluar dari oven di atas meja makan. "Kalian jangan takut lagi."
Di atas meja makan sudah ada empat serigala cilik dan Avva yang mengelilingi piring itu. Tubuh mereka mungil sebagaimana anak serigala. Bulu-bulu yang melekat di tubuh itu berwarna abu-abu terang, sebagian punya corak hitam. Mereka berubah ke wujud binatang bukan karena cedera, melainkan ketakutan akibat diserang tadi.
Untuk Avva, bayi ini belum bisa ke wujud binatang karena tidak tahu caranya. Kalaupun ketakutan, matanya saja yang berubah bentuk.
"Milikku!"
"Kakak, jangan rebut milikku!"
"Ibu, dia mengambil kue-ku!"
"Wawwaaa~"
"Avva, itu punyaku! Gigi kamu kan kecil, gak usah makan kue dulu."
Kelima anak perempuan, termasuk yang masih bayi ini, saling merebut kue dengan tangan binatang mereka, bahkan ada yang mendesis untuk mengintimidasi.
"Waaa~" Avva, menangis. Bayi ini berguling di atas meja, lalu sengaja menjejak gelas sampai jatuh dan pecah di lantai.
Ibu serigala menggendong bayinya itu, lalu membujuknya, "jangan nangis, kebagian kok Avva."
Mai, Axel dan Jaxen melihat pemandangan ini di ambang pintu ruang makan. Mereka bertiga sudah tahu apa yang terjadi di rumah. Ada tiga manusia serigala yang dikalahkan sendiri oleh ibu ini.
"Kalian bisa ikut makan, ayo ..." kata Ibu serigala melihat mereka dengan senyuman ramah.
Jaxen mendekat terlebih dahulu. "Ibu, maaf kami telat."
"Gak apa-apa."
"Ibu gak apa-apa?"
"Gak apa-apa, semuanya aman. Untungnya Mai juga udah kembali." Ibu Serigala menatap Mai. "Kamu gak apa-apa 'kan, Mai?"
"Gak apa-apa, Tante." Mai mengangguk. Dia sudah turun dari punggung Axel. Kakinya masih pincang.
"Kaki kamu kenapa?"
"Cuma terkilir, tapi udah mendingan, barusan sempat dipijit Axel."
"Mending langsung dikasih obat aja, apa ya obatnya kalau terkilir itu ..." Ibu serigala berpikir sejenak.
Dia tidak pernah merasakannya ataupun melihat orang terdekatnya terkilir, jadi wajar kebingungan.
"Gak apa-apa kok, Tante, beneran. Nanti biar pake obat dari Mama." Mai sebenarnya merasa kalau rasa sakitnya hampir sama ketika cedera sewaktu ikut lomba voli. Baru saja sembuh, sekarang merasakannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU (Werewolf Story) [END]
Teen FictionSejak kembali ke sekolah, kehadiran murid baru, Axel, selalu mengundang perhatian Mai. Gadis itu sering memperhatikannya dimanapun, kelas, kantin, halaman, dan lainnya. Axel sangat misterius. Dia selalu menghindari Mai sejak tahu gadis itu berbau ma...