Di sekolahan, Axel terus mengamati Mai. Pulang sekolah pun, mata laki-laki serigala ini terus tertuju pada gadis itu.
Sejak keluar dari kelas, dia setia berjalan di sebelahnya. Ada yang hendak tanpa sengaja bersenggolan lengan Mai, dia langsung bereaksi dengan mendorongnya jauh-jauh.
Untungnya, setiap murid yang diperlakukan kasar oleh Axel itu tidak ada keinginan membalas. Mereka masih takut berhadapan dengan si murid baru yang sombong ini. Sorot mata Axel memang selalu menunjukkan permusuhan, bahkan pada guru sendiri.
“Kenapa kamu mendadak jadi preman begini?” tanya Mai begitu mereka keluar dari gedung sekolah, dan berjalan menuju ke pintu gerbang.
Axel, yang masih berada di sampingnya, hanya menjawab, “Naluri.”
“Maksudnya apa?”
“Kalau ada yang menyentuhmu, aku ingin menghajar orang itu. Itu naluri.”
“Naluri orang tolol?” sindir Mai melirik sang kekasih baru. “Jangan gitu lah, jahat tau.”
Axel balas meliriknya. “Siapa yang tolol?”
“Pak Marjan ... Ya, kamu lah.”
“Aku serigala, kamu manusia. Kita memang berbeda, jadi kamu gak bakalan paham.”
“Kamu ini beneran suka aku atau gak, sih?” Mai melihat Axel dengan tatapan penuh selidik. “Perasaan kok cemberut melulu. Kamu ini kapan senyumnya coba? Menggerutu terus, bahkan kucing ngamuk aja nyenengin. Kamu gak sama sekali ”
Axel, dengan agak sombong, dia menegaskan, “Iya jelas, aku menyukaimu. Kamu juga suka aku 'kan?”
Mai tersenyum. “Enggak.”
“Hah?” Axel melototi Mai.
“Canda, Sayang. suka dong.” Mai tergelak lirih. Dia menyentil salah satu telinga Axel. “Aku suka telingamu yang bisa berubah jadi berbulu itu, keren banget, kelihatan asli.”
Axel memasang wajah datar, baru ingat kalau kekasih hatinya ini memang suka mengerjainya. Dia menepis tangan Mai. “Mai, itu memang asli, dan jangan bilang kamu cuma suka telingaku?”
“Aku suka kamu, serius.” Mai tersipu, tersadar kalau Axel lebih tampan saat dlihat dari dekat.
Angin tampak mengibarkan helai demi helai rambut depannya.. Benar-benar seperti aktor muda pendatang baru.
Ternyata pacar gue ganteng banget, Ia membatin.
Axel masih tidak tahu apa yang dipikirkan Mai. Dia hanya menduga-duga, kenapa gadis kurang ajar itu terus saja melihatnya?
“Oh, iya? Sekalipun aku berubah jadi makhluk buruk rupa? Kamu suka aku karena wajah ini kan?” Dia menuding wajah tampannya. Jeda sejenak, lalu melanjutkan, “Manusia perempuan itu kebanyakan begitu kan? Kalian jatuh cinta melalui mata, sementara kaumku jatuh cinta karena ikatan.”
“Wah, so deep, jangan ngeremehin aku, ya.” Mai merasa kalau Axel memang tipikal orang yang selalu saja serius. Dia agak sebal dengan sifat kaku begini. “Lagian kamu itu sudah buruk rupa, mau buruk rupa kayak apalagi juga pasti aku terima kok.”
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU (Werewolf Story) [END]
Teen FictionSejak kembali ke sekolah, kehadiran murid baru, Axel, selalu mengundang perhatian Mai. Gadis itu sering memperhatikannya dimanapun, kelas, kantin, halaman, dan lainnya. Axel sangat misterius. Dia selalu menghindari Mai sejak tahu gadis itu berbau ma...