Mai membuka mata. Pemandangan yang dia lihat pertama kali adalah langit-langit ruangan yang dia kenal. Dia sedang terbaring di atas ranjang ruang kesehatan. Sudah hampir satu jam dia tak sadarkan diri. Tapi, mengapa dia malah bangun di tempat ini? Siapa yang membawanya kemari?
Dia bangun, lalu turun dari atas ranjang- dan bersamaan dengan itu Keyla, teman sekelasnya, masuk ke dalam ruangan ini.
"Oh, udah bangun? Ceritain, ada apa?" Keyla khawatir.
Mai memijat keningnya. Dia masih merangkai kepingan ingatan yang sudah terjadi sebelum dia pingsan. Setelah diam setelah satu menit lamanya, dia mulai teringat satu per satu kejadian sejak dia mengikuti Axel keluar dari lapangan olah raga.
Keyla makin cemas melihat temannya itu yang sepertinya memikirkan sesuatu setelah bangun. "Mai? Kenapa? Kayak orang linglung gini, sih?"
"Mana guru olah raga itu? Dia yang bikin-" Mai tidak sanggup mengatakan kalau dirinya sempat dibuat pingsan oleh pria itu.
Dia tidak mau membuat temannya ini menganggapnya aneh. Untuk sementara dia harus membuktikan kalau yang tadi itu kenyataan. Guru olah raganya bukan manusia biasa.
Dia pun turun, sempat meringis kesakitan karena masa betisnya. Setelah itu, dia berjalan keluar dari ruang kesehatan ini dengan langkah cepat. Banyak pertanyaan yang terbesit di benaknya, yang paling dia ingin tahu adalah, mengapa dia malah berada di ruang kesehatan?
"Mai!" panggil Keyla kebingungan sendiri. Dia mengikuti gadis itu di belakang, akan tetapi saat keluar ruang kesehatan, seorang guru memanggilnya dari kejauhan.
Dia bingung, antara mengikuti Mai atau mendatangi sang guru. Setelah bolak balik melihat Mai dan sang guru, dia pun memutuskan berlari ke arah gurunya.
"Iya, Bu Vira," sahutnya cepat.
Rasa takut masih membayangi diri Mai. Dia takut melihat sosok mengerikan dengan banyak deretan gigi runcing milik sang guru olah raga itu. Namun, mana bisa dia pulang dalam keadaan penuh tanya begini.
Saat ini sudah pukul dua siang, bel pulang sudah berbunyi sejak tadi, dan banyak siswa sudah pulang. Di sekolahan hanya ada beberapa siswa kelas dua belas yang mendapat pelajaran tambahan.
Ketika melewati papan majalah dinding, Mai berhenti sejenak, kemudian melihatnya kembali. Ini adalah papan dinding yang menampakkan seorang gadis diberitakan hilang.
Akhir-akhir ini, banyak berita tentang mengenai gadis-gadis seusianya yang hilang, bahkan ayahnya yang seorang polisi saja mengatakan kuwalahan dengan peristiwa ini.
"Siapa Pak Guntur itu?" Mai menyentuh dadanya yang berdebar karena ngeri. Dia takut dengan kecurigaannya sendiri. Gigi runcing Pak Guntur yang dia lihat waktu itu bukan milik manusia.
Suasana lorong saat ini sunyi senyap. Sudah tidak ada siswa yang berkeliaran di situ. Para guru yang masih ada sedang berkumpul di ruang mereka, petugas kebersihan ada di halaman depan, siswa kelas dua belas pun masih berada di kafetaria.
Ruang-ruang kelas yang ada di sekitar papan majalah dinding ini sudah terkunci rapat.
"Axel pasti tahu sesuatu," gumam Mai meneguk ludah. Dia sendiri ingin menemui lelaki itu, tapi kemana harus mencarinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
KELABU (Werewolf Story) [END]
Ficção AdolescenteSejak kembali ke sekolah, kehadiran murid baru, Axel, selalu mengundang perhatian Mai. Gadis itu sering memperhatikannya dimanapun, kelas, kantin, halaman, dan lainnya. Axel sangat misterius. Dia selalu menghindari Mai sejak tahu gadis itu berbau ma...