3.Darah

1.6K 167 8
                                    


Adam Sekarang berjalan mondar mandir didepan UGD dia sangat cemas dengan kondisi adiknya yang sedang bertaruh nyawa didalam sana.

Adam sudah mengabari saudara yang lain mungkin sekarang sedang dalam perjalanan.

"Adam.!!Gimana kondisi Nizam.?"Tanya Bang Hessa begitu tiba di sana.

"Lagi ditangani Bang"Jawab Adam.

Semua terlihat frustasi ini bukan pertama kali Mama mabuk dan bukan pertama kali juga anak anaknya menjadi korban.

Tahun lalu Arkan pernah demam karena di kurung Mama di kamar mandi..Beberapa bulan lalu Jean juga pernah ditampar Mama.

Tapi kali ini sudah kelewat batas Nizam sampai harus di operasi.Mama benar-benar jauh dari sosok  Ibu yang penyayang dan perhatian seperti yang kalian bayangkan.

Mama memang tidak kejam saat dalam keadaan sadar tapi Mama memang tidak terlalu perduli tentang anak-anaknya.

"Bang..Maaf harusnya Gue tetap ikut Nizam tadi"ujar Lutfhi yang sepertinya menyesal.

"Bukan salah Lo Fi Mama udah keterlaluan"Hessa sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan Mama.

Brakkk

"Bangsat..Gue gak terima Bang Gue mau tuntut Mama"Arkan memukul dinding rumah sakit untuk menyalurkan emosinya.

"Arkan udah Lo apa apaan"ujar Randa yang kaget pun menoleh kearah Arkan yang emosinya sudah menggebu-gebu.

"Semuanya diam Nizam lagi bertaruh nyawa didalam kita harusnya berdoa bukannya malah emosi kaya gini"ujar Jean yang mendominasi.

"Tumben bener"sahut Randa.

Pintu UGD terbuka seorang suster keluar dan berlari entah kemana.Hessa dan yang lain hendak menghentikannya dan bertanya ada apa dan bagaimana keadaan Nizam namun nihil suster itu sepertinya terburu buru.

Suster tadi sudah kembali membawa sekantong darah di dalam nampan besi..Apa itu untuk Nizam atau ada pasien lain.?Entahlah yang ada di pikiran mereka saat ini hanya keselamatan bagi Nizam.

"Keluarga pasien atas nama Nizam Aryandanu.?"Dokter yang keluar dari UGD itu tampak lelah dan ada darah di lengan jasnya.

"Saya Abangnya Dokter"sahut Hessa sambil bangkit dari posisi awalnya.

"Pasien mendapat delapan jahitan di punggung dan lima jahitan di kepala .Apa pasien punya riwayat penyakit.?"Ucap Dokter sembari bertanya.

"Tidak ada Dok adik saya sehat-sehat saja"ujar Hessa.

"Dari yang saya perhatikan sepertinya pasien mengidap Anemia"Jelas Dokter.

"Gak mungkin Dok Nizam gak ada ngasi gejala apapun di rumah"ujar Jean yang mulai bersuara.

"Kalau begitu akan saya akan menunggu hasil lab dan memberi tahu kalian semua"Dokter itu menjelaskan.

"Jadi sekarang kami boleh masuk Dokter.?"Tanya Adam pada si dokter.

"Kami akan pindah kan Nizam ke ruang rawat dulu baru semuanya boleh masuk..Tapi pasien belum sadar jadi jangan terlalu berisik nantinya"Jelas sang Dokter lagi.

"Baik Dokter Kami akan menunggu"Hessa bicara lagi.

"Kalau begitu Saya permisi"Dokter itu pun berlalu pergi.

Kini mereka ke-7 bersaudara satu Ibu dengan Ayah yang berbeda itu berada di ruangan bernuansa putih dengan bau khas obat yang menyesakkan nafas.

"Nizam Lo denger Gue kan.?"Guam Hessa di telinga Nizam yang masih terpejam.

"Bang Nizam baik-baik kok jangan ditangisi"ujar Jean sambil menepuk pundak Hessa.

"Waktu itu Gue pernah liat Nizam oleng di dekat tangga Gue pikir dia Abis bangun tidur..Tapi kayanya Gue salah deh"Lutfhi membuka suara.

"Iya Bang Gue juga pernah liat Nizam kaya mau pingsan pan Upacara di Sekolah"sahut Arkan juga bicara.

"Em..Gue juga"ujar Hessa.

"Jadi Dokter bener ya.?"Tanya Randa masih tak percaya dengan penuturan dokter itu.

"Kalau iya kita harus lebih perhatikan Nizam lagi"ujar Adam.

"Gue harap itu gak bener"Guam Jean.


















"Hai semuanya..!Gimana kalian. udah paham..?Kalau ada yang mau ditanya silahkan(^.^)

Looking for FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang