4.Sadar

1.2K 152 4
                                    


Sekarang pukul 20:00 Nizam belum sadar juga saudara-saudaranya sudah bertanya pada Dokter kemana Nizam begitu lama bangun Tapi Dokter bilang itu wajar karena efek obat bius dan juga Nizam pasti merasa sakit.

Adam, Lutfhi, Randa dan Arkan pulang ke rumah seperti perintah Hessa sisanya yaitu Hessa dan Jean menjaga Nizam yang belum sadar di rumah sakit.

"Kita gak bilang ke Mama Bang..?"Tanya Jean memecah keheningan di malam itu.

"Gak usah..Gue gak mau liat Mama untuk sekarang, lagian kasian Nizam dia pasti kaget sama sikap Mama"sungguh Hessa sangat kecewa pada Mama kali ini.

"Gue ngerti sih Bang tapi Nizam kayanya sayang banget sama Mama Lo ingatkan Adam bilang Apa tadi"Ucap Jay sembari duduk di sofa.

"Iya Gue paham tapi jangan sekarang"ujar Hessa.

"Oke kalo lo rasa lebih baik kaya gitu"sahut Jean dan jujur Jean sedikit kecewa karena Hessa tidak mengikuti sarannya.

Hening beberapa saat sampai kedua kakak beradik itu melihat pergerakan adik bungsunya.

"Bang itu tangan Nizam gerak"ujar Jean sambil menepuk-nepuk bahu Hessa.

"Panggil Dokter cepat"titah Hessa pada adiknya itu.










Jean, Dokter dan dua orang suster masuk kedalam ruangan Nizam setelah sekian menit.

Dokter memeriksa kondisi Nizam Sedikit senyuman tampak diwajahnya semoga itu pertanda baik.

"Gimana Dokter Nizam baik-baik saja kan.?"tanya Hessa khawatir.

"Dia baik..pasti sebentar lagi sadar"Ucap Dokter itu.

"Syukurlah..Terimakasih Dokter"ujar Jean sebagai tanda syukur.

"Ba-ng"guaman Nizam pelan sekali.

"Nizam Lo udah sadar, Lo denger Gue kan Zam.?"Tanya Hessa pada si bungsu.

"Emm"Guam Nizam sedikit menganggukkan kepalanya.

"Huh..Gue udah kaya kena serangan jantung nih gegara Lo"ujar Jean sewot sekali melihat perlakuan Bang Hessa pada Nizam.

"Apaan..Biasa aja kali"ujar Hessa.

"Gak ada yang sakit kan.?Kalo ada yang sakit bilang ya"Lanjut Hessa sambil mengelus rambut Nizam.

Nizam hanya sedikit mengangguk.

"Gue kabarin yang lain dulu ya Bang"Ucap Jean sambil merogoh ponselnya.

"Iya sana sekalian beli kopi di kantin"Titah Hessa pada Jean

"Oke"


























Hessa sedari tadi hanya mengelus rambut Nizam yang matanya sayup anak itu terlihat lemas dengan masker oksigen di wajah tampan nya.

"Bang..Ma-ma..ma-na.?"tanya Nizam susah payah.

"Gue gak tau..Tapi kayanya masih di Apartemen sih"Jawab Hessa.

"Lo-sa-ma-bang-Jay-udah-makan.?"Tanya Nizam lagi.

"Udah kok. Lo jangan banyak omong diem Lo masih sakit jangan bikin Gue khawatir deh"ujar Hessa.

Nizam tampak tersenyum melihat Abang sulungnya itu perhatian padanya.

Memang semua Abangnya baik tapi baru kali Ini Nizam lihat Abangnya menatapnya begitu dalam seperti takut akan kehilangan dirinya.

"Bang ini kopinya"Ucap Jean sambil menyodorkan secangkir kopi.

"Thanks"Ucapnya santai.

"Yoi"

"Lo mending tidur deh Zam nanti makin sakit jangan begadang"Lanjut Jean lalu menegak kopinya.

Niki hanya tersenyum.

"Bobok ya dek"Ucap Hessa lalu mengecup dahi adiknya itu.

Nizam memejamkan matanya seperti yang Jean dan Hessa katakan.

"Maaf ya bang gue udah kasi tau Mama soal Nizam"ujar Jean dalam hati.


















Ah gimana sih feel-nya kurang ya..?Aduh gimana nih tapi..ya udah deh makasih buat yang vote.

Looking for FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang