7.Siang

961 127 14
                                    


Semua Abang Nizam masuk kedalam ruang rawat anak itu wajah mereka terlihat khawatir melihat adiknya itu kembali terbaring dengan wajah yang kian pucat.

Nizam berusaha tersenyum walau sakit tapi jangan sampai membuat semuanya khawatir.

"Bang..Kalian kok gak ngejar Mama sih kasian Mama dia sendirian"ujar Nizam tak kala abang-abangnya memasuki ruang rawatnya.

Hessa menghela napas dan memandang adik-adiknya bergantian.

"Mama butuh waktu sendiri dek"ujar Hessa sambil duduk di samping ranjang.

"Tapikan Mama selalu sendiri Bang"sahut Nizam.

"Gue paham Lo sayang Mama tapi ya gak sampai jadi bodoh juga Zam"ujar Lutfi heran kenapa adiknya itu sangat sayang pada Ibu mereka yang bahkan tidak menganggap mereka sebagai anaknya.

"Iya Zam..Lo liat gimana kondisi Lo sekarang itu karena Mama"ujar Adam menimpali.

"Nizam paham Abang semua marah dan kecewa sama Mama tapi kita itu anaknya Bang jadi harus selalu tunduk sama Mama"jelas Nizam.

"Gak bisa gitulah dek kali ini udah keterlaluan"ujar Jean.

"Iya Gue setuju sama Bang Jean"sahut Arkan membenarkan ucapan Jean.

"Tapi Nizam juga gak salah kita emang harusnya sayang banget sama Mama karena kita cuma punya satu orang tua"ujar Randa membela Nizam.

"Iya Abang ngerti tapi kalian semua jangan ada yang sampai kenapa-napa karena Mama lagi.Paham.?"Jelas Hessa pada adik-adiknya.

Semua hanya mengangguk paham kecuali Randa dan Nizam yang memasang tersenyum kecut.

"Jangan sedih kita kan udah biasa tanpa Mama"ujar Hessa sambil merangkul Randa dan Nizam.

"Iya gak usah lebay deh"ujar Jean.

"Lo kalo pengen dipeluk bilang gak usah jual mahal bisa"sahut Lutfi.

"Kagak Gue udah gede lagian Gue Abang yang tertua ke-2 di sini"ujar Jean tidak terima.

"Udah udah Nizam lagi sakit nih lho"ujar Adam yang cepat melerai sebelum perang dimulai.

"Bang adek mau pulang"Pinta Nizam pada abangnya sulung.

"Ga ada Lo masih lemes"sahut Arkan.

"Abang tanya Dokter dulu ya"ujar Hessa sambil bangkit dari duduknya.

"Makasih Abang"ujar Nizam dengan Senyum mengembang di wajahnya.

"Iya sama-sama"sahut Hessa sebelum pergi dari ruang rawat itu.



























Hessa, Jean, Adam dan Lutfi masuk ke ruangan Dokter Bahari untuk menanyakan keinginan Nizam tadi.

"Permisi Dokter kami boleh masuk.?"Tanya Hessa membuka sedikit pintu ruangan itu.

"Silahkan masuk"Dokter Bahari menyahut dari dalam.

"Kami datang karena Nizam minta pulang Dokter boleh gak ya.?"Tanya Hessa pada sang dokter.

"Begini kondisi Nizam belum stabil tapi dia kuat jadi boleh pulang tapi jangan lupa minum obat"Jawab Dokter.

"Nizam gak parah sakitnya kan Dok.?"Tanya Adam memastikan.

"Anemia yang Nizam derita cukup parah dan ditambah lagi gangguan kecemasan yang Nizam derita itu memperburuk keadaannya dan saya harap setelah ini Nizam jangan lagi mendapat beban pikiran yang berat"Jelas Dokter Bahari lagi.

"Kami akan berusaha sebaik mungkin Dok"ujar Jean menyahuti.

"Ah baguslah kalau begitu"sahut dokter Bahari.

Btw si dokter ganteng juga punya banyak saudara lho















































Sementara didalam ruang rawat Nizam Randa dan Arkan sibuk dengan ponsel mereka sedangkan Nizam hanya diam dan memperhatikan.

"Zam..Kalo di infus sakit ya.?"Tanya Arkan memecah keheningan. Lagian ada-ada saja si Arkan pertanyaannya.

"Enggak kok Bang cuman kaya di gigit semut aja kok"Jawab Nizam sambil menggeleng.

"Lo mau emangnya.?"ujar Randa yang kali ini yang bertanya pada Arkan.

"Ya kalo bisa sih kagak"ujar Randa dengan santai.

"Hehe iya Bang jangan"ujar Nizam yang menimpali.

"Gemesnya adek bontot ku"ujar Arkan sambil mengusak rambut Nizam. Bukannya senang Niki justru malah menangis.

"Eh Lo apain adek Gue sampe nangis gitu"ujar Randa sambil melayangkan tatapan sinis pada Arkan.

"Kagak Bang suer deh Gue cuman acak rambutnya doang"ujar Arkan seraya menunjukkan 2 jarinya.

"Nizam ada yang sakit.?"Tanya Randa memastikan kondisi adiknya. Biar bagaimanapun Randa tetaplah sosok abang yang baik untuk adik adiknya

"Hiks..Hiks..Sa-kit Bang"ujar Nizam sambil terbata-bata.

"Mana yang sakit.?Abang panggil Dokter ya"sahut Arakan yang  langsung panik.

"Ja-jangan Nizam gapapa"

"Tadi katanya sakit"Randa mode julid.

"Udah-udah sini Abang peluk jangan nangis nanti Abang dimarahin Bang Heeseung"ujar Arakan sambil mendekap Nizam dalam pelukannya.

"Maaf"batin Nizam.

























Hai semuanya.!Ara up lagi semangat baca ya jangan bosen sama Ara.

Menurut kalian ceritanya bakalan sad atau happy.?

Alurnya Ara panjangin ya maaf

Looking for FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang