*hai semuanya.!Ara ga janji kalian bakal suka tapi seperti chapter sebelumnya ayo putar lagu ter-sad yang kalian punya Ara ngetik masih pakai lagu yang kemaren
Jian mondar-mandir di depan ruang operasi sejak setengah jam yang lalu.
Lampu di atas ruangan itu berwarna merah menandakan sedang ada operasi yang berlangsung.Yasmin yang duduk di salah satu kursi tunggu tak berhenti menangis sejak tadi.
Kenapa anaknya yang harus jadi korban..?Ah harusnya biarkan saja aku yang terluka-pikir Yasmin.
Hessa dan Jean juga duduk di samping sang Ibu, ini sangat menegangkan bagi mereka.
Sementara Adam, Lutfi dan Randa duduk di depan Meraka juga terlihat sangat cemas.Arkan.?anak itu sempat pingsan tadi sangking syoknya.
Sekarang dia juga ada di sana bersandar ke dinding dan tatapan matanya kosong.Bagaimana Nizam di dalam sana.?Ah ayolah jangan berfikir negatif dulu.
"Arkan duduknya di kursi aja yuk"ajak Jean.
"…"
Jean menghela nafas pasrah dan tidak bisa memaksa adiknya itu.
"Ayah adek bakal baik-baik aja kan.?"tanya Randa.
"Randa berdoa ya supaya Nizam kuat"ujar Jian.
"Lama banget sih di dalam adek gue di apain"ujar Adam yang mulai jegah.
"Kita tunggu aja ya"ujar Hessa yang tidak ingin suasana semakin tidak enak.
Ckelek
Pintu ruang operasi itu terbuka, Bahar keluar dari sana lengkap dengan pakaian operasinya.
Semua mata tertuju pada Bahar, Yasmin berdiri dari tempatnya begitu juga Hessa dan semua saudaranya.
Kali ini mereka berharap mendapat kabar baik dari dokter.
"Bang Nizam gimana.?"tanya Jian.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, operasinya cukup sulit karena kami tidak bisa membiarkan Nizam kehilangan banyak darah lagi sekarang kita hanya bisa menunggu dan berdoa pada tuhan"ujar dokter Bahari.
Jian mengusap wajahnya kasar.
Ah kenapa ini terjadi lagi.?
Kaki Yasmin terasa lemas mendengar penjelasan si dokter."Saya yakin Niza. anak yang kuat"ujar Bahar sambil menepuk bahu Jian yang bergetar.
Tangis Hessa yang sedari tadi di tahannya kini sudah tumpah ruah ke pipinya. Jean memalingkan badannya berusaha menyangkal semua ini.
"Jangan ambil Nizam ku mohon jangan"
Reaksi Adam, Lutfi dan Randa tak kalah berbeda.
Kebahagiaan hanya itu yang kami minta tapi kenapa seberat ini rasanya.
Kenapa sebesar ini pengorbanan yang harus di lerakan demi sebuah kebahagiaan..?"Ambil sumsum ku sekarang bang, cepat jangan pikirkan aku yang penting Nizam dulu"ujar Jian.
"Maaf Ji tapi kami tidak bisa melakukan operasi itu sekarang sebab Nizam sudah kehilangan banyak darah dan kami tidak bisa membiarkan Nizam kehilangan darahnya lagi"tolak dokter Bahar.
"Lakuin apa aja bang asal Nizam bisa sembuh aku mohon"ujar Jian sambil menatap Bahar narnar.
"Mari berdoa agar Nizam kuat"sahut dokter Bahari.
"Kami bisa jenguk Nizam dok?"tanya Lutfi.
"Nizam akan di pindahkan ke ICU kalian boleh masuk asal mengikuti prosedur yang ada"ujar dokter Bahar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking for Family
FanfictionKeluarga yang utuh dan harmonis adalah idaman setiap orang begitu juga dengan Nizam dan ke-6 saudaranya yang lain. Bagaimana perjalanan Nizam dalam membangun keutuhan dalam keluarganya.? Akankah usahanya berhasil atau malah hanya jadi sia-sia.? "Niz...